Pater Bollen, SVD dalam Kenangan Saya

oleh -
Pater Heinrich Bollen, SVD. (Foto: Metro Timor)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Saat itu. Kalau tidak salah, ketika  masih di kelas tiga atau empat sekolah rakyat (SR). Yang sekarang sudah berganti menjadi sekolah dasar (SD).  Berarti sekitar tahun 1959.

Hampir setiap pagi saya menjadi ajuda (sekarang disebut misdinar). Melayani pastor-pastor yang mempersembahkan misa di gereja St. Yoseph di Maumere. Satu-satunya gereja katolik di Kota Maumere kala itu. Kebetulan rumah kami dekat gereja.

Suatu pagi saya menjadi ajuda seorang pastor bule muda. Sepertinya baru pertama kali melihatnya. Dari koster usai misa, saya diberitahu, namanya Pater Bollen, SVD. Baru datang. Dari Jerman.

Begitulah kemudian seterusnya. Saya sering menjadi ajuda, melayani Pater Bollen. Sampai suatu ketika dari balik jendela kamar rumah paroki yang menghadap gereja, terdengar suara yang memanggil.

“Ahhh…itu Pater Bollen”.

Setelah datang menghampirinya, saya lalu diberi sebuah bola plastik berukuran sedang. Mendapat bola di usiaku saat itu, tentu merupakan suatu kegembiraan luar biasa.

Hal yang sama kemudian terjadi lagi. Dari balik jendela kamar terdengar lagi suara memanggil.

Kali ini Pater Bollen memberi saya sebuah ember plastik. Juga tidak kurang rasa senangnya saya. Maklum, ember plastik waktu itu masih terbilang barang langkah.

Waktu terus berlalu. Sampai suatu ketika saya mendapat informasi bahwa Pater Bollen menjadi pastor paroki di Watublapi, masih di Kabupaten Sikka. Kabarnya, di Watublali dia juga aktif membangun masyarakat di sana. Melalui sebuah lembaga sosial. Namanya Yaspem. Singkatan dari Yayasan Pembangunan.

Nama Yaspem itupun menjadi terkenal karena diberi nama pada sebuah mobil truk. Bolak-balik melayani arus barang dan orang dari Watublapi ke kota Maumere. Hampir setiap hari.

Tentu saja truk Yaspem menjadi terkenal. Meskipun cuma sebuah angkutan truk. Transportasi darat waktu itu masih merupakan “barang mewah”.

Jauh hari kemudian. Karena profesi, saya bertemu kembali Pater Bollen dalam sebuah resepsi di sebuah hotel di Jakarta, yang diadakan  Kedutaan Besar Jerman.

Mengenakan jas, mengisap rokok, dengan segelas bir di tangan, membuat penampilan Pater Bollen yang bertubuh tinggi dan ganteng itu, lebih memberi kesan dia seorang pengusaha, daripada seorang rohaniwan.

Dari seorang karyawan kantor Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI),  sekarang menjadi Kantor Waligereja Indonesia (KWI), saya mendapat informasi bahwa Pater Bollen saat itu sudah “dibebastugaskan” dari tugas-tugas pastoralnya.

“Dia sekarang menjadi pembina rohani warga katolik Jerman di Jakarta,” katanya.

Entahlah. Saya juga tidak tahu persis. Dan memang tidak bermaksud  mencari tahu lebih jauh. Sampai pada Hari Selasa malam, 22 Desember 2020. Mendapat informasi bahwa misionaris  kelahiran Landstul, Jerman, 2 Juli 1929, itu telah pergi untuk selamanya. Di RSUD TC. Hillers di Maumere. Pada pukul 18.55 WITENG.

Selamat jalan Pater Heinrich Bollen, SVD. Beristirahatlah dengan tenang dalam Damai Tuhan.

Jakarta, 23 Desember 2020

Ansel da Lopez