Paus: Seperti Orang Majus Semoga Kita Bermimpi, Mencari, dan Memuja Yesus

oleh -
Adegan kelahiran di dalam Basilika Santo Petrus. (Foto: Vaticannews)

Vatican, JENDELANASIONAL.ID — Pada Hari Raya Epifani, Paus Fransiskus meminta kita untuk mengangkat mata kita ke surga, seperti orang Majus, untuk mendengarkan keinginan yang bersarang di hati kita, dan mengikuti bintang yang Tuhan berikan untuk bersinar di atas kita.

Dalam homilinya untuk Hari Raya Epifani, Paus Fransiskus berbicara tentang ziarah orang Majus yang pergi ke Betlehem dan apa yang memotivasi mereka.

Dia ingat bahwa mereka adalah orang-orang bijak, terkenal dan kaya, namun mereka membiarkan diri mereka gelisah dengan keinginan untuk menemukan bayi Yesus melalui tanda bintang yang membimbing mereka. Mereka, kata Paus, dipenuhi dengan harapan.

Paus mengatakan, “Semangat kegelisahan yang sehat itu lahir dari keinginan”. Rahasia mereka adalah kemampuan untuk “menyalakan api yang membara di dalam diri”.

“Itu berarti merangkul kehidupan sebagai misteri yang melampaui kita, sebagai celah yang selalu ada di dinding yang mengundang kita untuk melihat di kejauhan, karena hidup bukan hanya milik kita di sini dan sekarang, tetapi sesuatu yang jauh lebih besar.”

 

Mengikuti Keinginan Hati Kita

Paus mengutip pelukis Vincent Van Gogh, yang menggambarkan kebutuhannya akan Tuhan yang begitu kuat sehingga mendorongnya keluar pada malam hari untuk melukis bintang-bintang.

Begitulah, kata Paus, cara Tuhan membuat kita “penuh dengan keinginan, diarahkan, seperti orang Majus, menuju bintang-bintang.”

Dia juga mencatat bagaimana “kita adalah apa yang kita inginkan,” dan keinginan akan Tuhan ini memperbesar pandangan kita, memperkuat iman kita dan menggerakkan kita untuk melayani Dia, saudara-saudari kita, dan kebaikan bersama.

“Saudara dan saudari, seperti untuk orang Majus, begitu juga untuk kita. Perjalanan hidup dan iman menuntut keinginan yang dalam dan semangat batin.”

Gereja membutuhkan hasrat dan semangat yang mendalam yang harus menghidupkan perjalanan hidup dan iman kita, kata Paus. Ada baiknya kita mempertanyakan bagaimana perjalanan iman kita, dan apakah praktik keagamaan kita masih “menghangatkan hati kita dan mengubah hidup kita”.

Kita perlu “dikejutkan oleh Yesus dan oleh kegembiraan Injil yang meledak-ledak dan meresahkan”. Mencatat bagaimana krisis iman dalam hidup kita dan masyarakat juga disebabkan oleh “gerhana kerinduan akan Tuhan.”

“Iman, jika ingin bertumbuh, harus dimulai dari awal lagi. Itu perlu dipicu oleh keinginan, untuk menerima tantangan memasuki hubungan yang hidup dan hidup dengan Tuhan.”

 

‘Sekolah Keinginan’

Paus Fransiskus menantang kita untuk bertanya pada diri sendiri apakah hati kita masih membara dengan kerinduan akan Tuhan. Apakah kebiasaan dan kesulitan hidup kita sudah padamkan nyala api ini. Tapi hari ini kita selalu bisa kembali menyalakan api ini, juga dengan melihat contoh orang Majus dan “sekolah keinginan” mereka.

Pertama, dia mencatat bagaimana orang Majus mengajukan pertanyaan.

“Kita perlu mendengarkan dengan seksama pertanyaan hati dan hati nurani kita, karena di sanalah Tuhan sering berbicara kepada kita.”

Paus mengatakan, kita seringkali mengajukan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Paus mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk terus gelisah dengan banyak pertanyaan, keraguan, harapan dan keinginan yang kita hadapi, yang penting adalah bertanya dan terbuka untuk mereka.

Paus kemudian mencatat bagaimana orang Majus, dalam menentang Herodes dengan tidak kembali kepadanya, untuk memberi tahu dia di mana mereka menemukan anak Kristus, menunjukkan keberanian dan iman kenabian yang besar, tidak takut untuk menantang kekuatan dan kejahatan duniawi.

 

‘Kreativitas Roh’

Akhirnya, dia mencatat bagaimana dalam kepulangan para Majus yaitu “dengan melalui cara lain”. Mereka juga menantang kita untuk mengambil jalan baru, untuk terbuka terhadap “kreativitas Roh”.

“Di akhir perjalanan orang Majus datanglah saat klimaks: begitu mereka tiba di tempat tujuan, “mereka jatuh dan menyembah Anak itu” … Jangan pernah kita lupakan ini: perjalanan iman menemukan kekuatan dan pemenuhan baru hanya ketika itu dibuat di hadirat Tuhan.”

Sebagai penutup, Paus Fransiskus berkata bahwa kita perlu memulihkan “selera” kita untuk adorasi sehingga hasrat kita akan Tuhan dapat dikobarkan kembali, sebagaimana kita ingin berada di hadirat-Nya.

“Hanya Yesus yang menyembuhkan keinginan kita,” tambahnya, dan meninggikan mereka, dan memurnikan mereka dari keegoisan sehingga kita dapat mencintai Allah dan sesama yang sejati.

“Seperti orang Majus, mari kita angkat mata, dengarkan keinginan yang bersarang di hati kita, dan ikuti bintang yang Tuhan buat bersinar di atas kita. Sebagai pencari yang gelisah, marilah kita tetap terbuka terhadap kejutan-kejutan Tuhan. Mari kita bermimpi, mari kita cari dan biarkan kita memuja.” (Vaticannews)