Peluncuran Buku BELA NEGARA: Paradigma Baru Dalam Melihat Ancaman

oleh -
Bedah buku “BELA NEGARA DALAM PERSPEKTIF PUBLIK” di Kampus Bela Negara, UPN Veteran, Jakarta pada Kamis (22/12/2022). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Fakta dan feomena di lapangan seharusnya menjadi paradigma baru yang digunakan oleh para akademisi jika mengaitkannya dengan konsep ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) terkait negara.

Kemampuan akademisi dalam menganalisa serta memetakan wujud AGHT itu dibutuhkan karena paradigma baru itu akan membantu bangsa dan pemerintah Indonesia dalam penyusunan program Bela Negara. Dalam konteks ini,  sumbangsih para akademisi dengan paradigma baru akan membantu pemerintah dalam menanamkan serta membangun karakter Bela Negara bagi setiap generasi.

Demikian ditegaskan AM Putut Prabantoro, Taprof Lemhannas RI Bid. Ideologi dan Sosbud dalam bedah buku “BELA NEGARA DALAM PERSPEKTIF PUBLIK” di Kampus Bela Negara, UPN Veteran, Jakarta pada Kamis (22/12/2022).

Diskusi yang dipandu oleh  Anggi Angga Resti ini juga menghadirkan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin sebagai pembicara.

Dalam pembahasannya, Putut Prabantoro menyoroti beberapa hal yang perlu dilihat dari buku tersebut. Ia memulai dari cara berpikir serta korelasi antara objek penelitian dan AGHT yang dihadapi berbeda.

Upaya bela negara dalam menghadapi bentuk AGHT, katanya, belum terkonsep dengan strategis.

“Bela Negara hanya konsep ilmu. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan analisa yang benar dan baik, secara praktis dan teoritis, riset tersebut dapat memetakan AGHT secara nyata.  Jika AGHT dapat dipetakan secara nyata, para peneliti kemudian menarik korelasinya dengan konsep bela negara Indonesia,“ ujar Putut.

Alumnus PPSA XXI itu memberi contoh Covid sebagai AGHT yang harus dilihat dalam penelitian. Dalam studi media, munculnya Covid memancing polemik keras antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara itu mempersoalkan asal muasal Covid dan saling tuduh bahwa Covid itu merupakan senjata biologis yang selama ini dirahasiakan.

Dari sudut AGHT, katanya, pertanyaan muncul terkait dengan bencana nonalam itu. Pertanyaannya adalah apakah Covid itu merupakan senjata biologis ataupun merupakan medan perang ?

Putut Prabantoro menjelaskan, jika dilihat dari dampak serta korban yang ditimbulkannya maka pandemik Covid tersebut merupakan perang. Namun jika dilihat sebagai senjata biologis, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya perang yang sesungguhnya akan terjadi jika Covid merupakan senjata biologis.

“Oleh karena itu, dalam konteks ini para akademisi dituntut memiliki paradigma yang baru dalam mengartikan AGHT dengan berangkat dari fenomena-fenomena yang baru. Lalu apa yang akan terjadi, jika perang antara Ukraina dan Russia membesar serta diperluas. Bentuk bela negara seperti apa yang harus diberikan kepada bangsa Indonesia,“ tegasnya.

Pengamat politik Ujang Komarudin melihat buku Bela Negara tersebut merupakan karya terobosan para akademisi UPN Veteran Jakarta. Buku tersebut mengkombinasikan antara kekuatan teoritik dan empirik.

“Buku ini juga merupakan penggabungan atau sinergitas antara kekuatan teoritik kekuatan textbook dan kekuatan lapangan yaitu kekuatan survai itu. Hasil kerja bersama tersebut membuat buku ini memiliki otoritas yang kuat terhadap keilmuwan tentang bela negara,” ujarnya.

Dia mengatakan buku yang dihasilkan Pusat Kajian Bela Negara UPN Veteran Jakarta merupakan sebuah keuggulan. UPN Veteran mampu menghadirkan buku yang berkualitas. Namun sebagai akademisi, Ujang Komaruddin menegaskan buku tersebut harus memiliki “roh” yang dihasilkan dari perdebatan intelektual ataupun diskursus perdebatan ideologis dalam buku tersebut. Buku ini akan kaya analisa masa depan ketika ada ruang perdebatan yang muncul di antara para akademisi.

“Buku ini merupakan sebuah kontribusi nyata dalam penelitian. Namun agar menarik untuk dibaca, karya hebat ini seharusnya mempunyai roh, memiliki jiwa, punya sinar sehingga buku ini memang menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan intelektual maupun mahasiswa. Roh itulah menjadi objek bagi pembaca untuk dapat mengakses dan menyelami secara lebih dalam,” tegas Ujang.

Cover buku “BELA NEGARA DALAM PERSPEKTIF PUBLIK”. (Foto: ist)

Masih menurut Ujang, sebuah buku harus memiliki jiwa di dalamnya agar dapat hidup dan memberikan semangat juang. Buku ini mempunyai kekhasan atau keunggulan yaitu dari hasil konstruksi berbasis data riset fakta sosial. Dia harus mampu memadukan realita yang ada di masyarakat dan digabungkan dengan teoritis yang ada yaitu dunia akademik dan dunia ilmiah. Perdebatan ideologi dalam buku tersebut, katanya, belum terlihat. Survey yang dilakukan harus bersifat objektif dan independen.

“Produk buku harus ada pembandingnya dengan buku lain sebagai second opinion. Karya buku lain yang berkualitas dapat menjadi benchmark bagi UPN Veteran Jakarta sebagai Kampus Bela Negara, dan menjadi karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” tegas Ujang.

Buku yang diterbitkan oleh Nusantara Publishing ini merupakan hasil riset para dosen UPN Veteran Jakarta yakni Anwar Ilmar, Asep Kamaluddin Nashir,  Chairun Nisa Zempi, Danis TS Wahidin, Kusumajanti, Laode Muhamad Fathun, Munadhil Abdul Muqsith,  Ridwan, Rizky Himawan dan Azwar yang juga sebagai editor. Sedangkan Kata Pengantar ditulis oleh Erna Hernawati (Rektor UPN Veteran Jakarta 2018 – 2022).

Hadir dalam peluncuran tersebut antara lain Danis Tri Saputra, Radita Gora dan Windiadi Yoga yang kesemuanya dari Pusat Kajian UPN Veteran Jakarta. ***