Pemilu dan Politik Gagasan

oleh -
V. Hargo Mandirahardjo adalah Ketua Presidium Pusat ISKA. (Foto: Ist)

V. Hargo Mandirahardjo*)

MEMASUKI siklus demokrasi lima tahunan yaitu melalui perhelatan Pemilu yang pada kali ini prosesnya disatukan pileg dan pilpres. Para kandidat sibuk satu dengan yang lain menjual jargon, visi misinya serta melakukan berbagai aktifitas untuk memperkenalkan dirinya kepada pemilih agar dikenal, diingat dan dipilih.

Kita merasakan betul hingar bingarnya perhelatan Pemilu ini, dimana setiap hari media mainstream maupun media sosial diramaikan oleh pemberitaan tentang jualan Pemilu ini. Dari berita yang valid sampai berita yang berisi hoax mengisi ruang-ruang media sosial. Sampai-sampai kita sukar untuk membedakan mana berita yang benar mana yang hoax.

Para politisi sibuk berbantah ria, adu argumen satu dengan yang lain. Dunia nyata maupun dunia maya menjadi riuh, inilah pesta demokrasi yang hanya terjadi setiap lima tahun sekali. Para pakar dan pengamatpun ikut meramaikan panggung dengan pendapat, ulasan maupun kritikan melalui diskusi, seminar sana sini sampai pada lembaga survei pun bermunculan dari yang kredibel sampai yang abal-abal dengan berbagai metode dimana hasilnya ada yang mirip ada juga yang berbeda, hal ini tidak menjadi soal yang penting hasilnya bisa di publikasikan.

Masalahnya apakah Pemilu ini hanya sekedar pesta keriuhan tampilan diri melalui poster, spanduk, leaflet dan iklan televisi ?. Apakah juga Pemilu ini hanya sekedar ajang dari oknum-oknum tertentu yang menjual berita hoax, fitnah dan kebencian ?

Sesungguhnya Pemilu adalah pesta gagasan, dimana para kandidat yang terlibat aktif didalamnya menuangkan ide gagasan, visi misinya dalam memperjuangkan kesejahteraan umum (bonum commune), agar rakyat pemilih tahu apa yang akan dipilihnya, mengenal program-programnya dan mengetahui performancenya termasuk integritas dan kualitasnya.

Pemilu pada dasarnya mengenalkan politik gagasan dengan tujuan untuk memberikan edukasi politik bahwa dalam demokrasi rakyat dapat memilih kontestan yang baik (tidak membeli kucing dalam karung).

Politik gagasan adalah politik yang menawarkan solusi atas problematika sosial yang ada bukan hoax, lips service atau hal-hal yang utopis, tetapi menawarkan hal-hal yang kongkrit, dapat dieksekusi dan tujuan utama dari politik gagasan adalah kesejahteraan rakyat secara bersama.

Pemilu tidak selayaknya dipakai untuk jualan politik identitas, politik pecah belah yang dapat merusak sendi-sendi kesatuan bangsa. Proses menentukan pilihan di bilik suara yang hanya beberapa menit jangan dipakai untuk membelah dan memecah persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa yang akibatnya bisa menimbulkan luka bertahun-tahun.

Tidak semestinya kita biarkan para politikus terjebak dalam black campaign tetapi gunakan politik cerdas untuk menjual gagasan dengan mengedepankan nilai-nilai positif kepada rakyat pemilih, saling mempromosikan secara sehat tanpa saling menyerang, fitnah dan membenturkan isu-isu sara hanya untuk mendulang suara dan terpilih.

Disinilah Pemilu harus menjadi tempat jualan gagasan agar Pemilu menjadi berkualitas sebagai pendidikan politik rakyat, untuk memilih calon-calon pemimpin yang sarat ide yang visi misinya kelak dapat dijalankan dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Pemilu yang berkualitas harus juga dilaksankan dengan proses yang langsung, umum, bebas dan rahasia.

Mari kita percayakan hal ini pada penyelenggara Pemilu untuk bekerja secara profesional dan kredibel agar Pemilu benar-benar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

*) V. Hargo Mandirahardjo adalah Ketua Presidium Pusat ISKA