Pengelolaan Sampah Secara Ekonomis Melalui Bank Sampah

oleh -
Diskusi Bank Sampah

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Perusahaan swasta di Indonesia perlu lebih proaktif dalam memanfaatkan potensi ekonomi dari berbagai jenis sampah yang dihasilkan masyarakat. Diperkirakan produksi sampah di Tanah Air mencapai sekitar 67,8 juta ton/tahun.

“Sampah memiliki value (nilai) ekonomi jika dikelola dengan baik,” kata Kepala Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Rita Ningsih, dalam webinar bertema “Sampahmu Rezekiku” di Jakarta, Selasa (8/6).

Rita mengatakan, di Jakarta, pengelolaan sampah yang bernilai ekonomis yaitu melalui bank sampah. Bank sampah adalah sarana yang bisa digunakan masyarakat untuk membawa sampah yang sudah dipilah bernilai ekonomi.

Ia memaparkan, dari empat jenis sampah, ada dua jenis yang memiliki nilai ekonomis yaitu sampah organik, yang bisa dibawa ke bank sampah. Dan sampah yang mudah terurai, yang bisa dijadikan kompos.

Tanpa disadari banyak orang, sampah memiliki potensi ekonomis dan dapat menciptakan peluang lapangan pekerjaan baru melalui 6R yaitu Rethink (memikirkan kembali), Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), dan Repair (memperbaiki).

Salah satu perusahaan swasta yang menyadari hal tersebut adalah Garnier Indonesia, yang bergerak di bidang industri kosmetika dan perawatan tubuh.

“Tahun 2020 kami mencanangkan green beauty campaign. Kami mulai dari kemasan dululah karena memang apa yang diterima konsumen itu langsung produk dalam bentuk kemasan. Seiring perkembangan bisnis, pasti semakin banyak produk dan kemasan yang dihasilkan,” kata Manajer Produk Senior Garnier Indonesia, Diana Beauty seperti dikutip Antara.

Menurut Diana, cara Garnier mengurangi sampah plastik yaitu membuang lapisan biru plastik pakai pada produk masker dan membuang plastik segel.

Dengan dua cara itu, Garnier disebut telah menghemat hingga sebesar 32 ton sampah plastik pada tahun 2019.

Untuk tahun 2021, Garnier meluncurkan produk 100 persen kemasan daur ulang pada sejumlah produk tertentu. Ke depannya, Garnier akan mendatangkan lebih banyak lagi produk yang lebih eco friendly, yaitu kemasan yang dapat didaur ulang dan tidak berbasis hewan.

“Kita punya komitmen yang serius dan sampai 2025, kita tidak akan menggunakan virgin plastic. Sama sekali zero virgin plastic. Di Eropa, Garnier sudah meluncurkan produk shampoo bars yang kemasannya menggunakan kertas,” ujarnya.

Terkait daur ulang, Garnier memiliki aplikasi recycle atau daur ulang yaitu pelayanan penjemputan sampah untuk masyarakat di Jabodetabek.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pemulung Indonesia, Pris Polly Lengkong mengatakan sampah yang diambil pemulung di wilayah DKI Jakarta dan dibuang ke TPST Bantargebang merupakan rezeki karena bisa dikelola untuk daur ulang dan pupuk organik.

“Kami juga ada aplikasi Greeny yaitu pengelolaan sampah berbasis digital. Saya anggap pemulung ke depan bagian dari pahlawan lingkungan. Jadi perlu ada sumber daya manusia untuk masuk ke era digital,” pungkas Pris. (Ryman)