Pengukuhan ISKA 2022-2026: Melayani, Integritas dan Profesionalisme

oleh -
Acara Pengukuhan Pengurus Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) periode 2022-2026, di Jakarta, Minggu (31/7). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo mengukuhkan Pengurus Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) periode 2022-2026, di Jakarta, Minggu (31/7). Acara pelantikan tersebut berlangsung dalam misa suci. Perayaan misa tersebut juga diikuti oleh Romo Pendamping ISKA Pusat, Dr. Antonius  Widyarsono, SJ dan Dr. Andre Atawolo, OFM.

Acara yang mengusung tema “Menjunjung Martabat Kemanusiaan dan Kesetaraan” tersebut berlangsung secara terbatas dan mengkuti protokol kesehatan.

Uskup Suharyo mengatakan, semua orang dipanggil untuk menghormati martabat kemanusiaan dan kesetaraan. Salah satu ciri orang yang menjunjung martabat kemanusiaan dan kesetaraan yaitu adanya kepedulian terhadap sesama manusia.

Ketua Presidium Pusat ISKA periode 2022-2026 Luky Yusgiantoro menegaskan, ISKA akan tetap berdiri sebagai organisasi yang bebas dari kepentingan politik praktis menjelang tahun politik 2024.

“Terkait jelang tahun politik 2024, kami harus tetap berdiri sebagai organisasi yang bebas dari kepentingan politik praktis,” kata Luky Yusgiantoro seperti dikutip beritasatu.com.

(Misa yang dipimpin oleh Uskup Ignatius Kardinal Suharyo. Perayaan misa tersebut juga diikuti oleh Romo Pendamping ISKA Pusat, Dr. Antonius  Widyarsono, SJ dan Dr. Andre Atawolo, OFM.)

Setiap kader ISKA, kata Luky, diharapkan dapat selalu berdiri sama tinggi dan menjunjung proses politik yang bermartabat. Kader ISKA yang menduduki posisi atau jabatan di eksekutif, legislatif, dan yudikatif akan mengedepankan prinsip melayani atau servant leadership serta mengedepankan integritas dan profesionalisme.

Luky menerangkan, ISKA merupakan organisasi cendekiawan kemasyarakatan di bawah supervisi Konferensi Waligereja Indonesia yang memiliki lebih dari 150 dewan pengurus cabang (DPC) di Indonesia.

“ISKA terdiri dari kata ikatan yang dapat diartikan bahwa dalam kehidupan kita sehari-harinya kita mengikat diri kita dengan Tuhan Yang Mahaesa dan juga dengan komunitas di sekitar kita,” ujar Luky Yusgiantoro.

Selanjutnya, kata Luky, organisasi ISKA merupakan para sarjana. Menurutnya, sarjana tidak diartikan secara harfiah ditujukan untuk seseorang yang memiliki diploma Strata 1, strata 2 maupun strata 3. Namun lebih ditujukan untuk mengingatkan seorang sarjana adalah makhluk hidup yang diciptakan Tuhan dengan memiliki akal sehat dan perasaan.

Dua kata terakhir dari Ikatan Sarjana Katolik Indonesia yaitu Katolik Indonesia. Menurut Luky, kata tersebut dapat diartikan sebagai yang dapat bergerak cepat di tengah globalisasi dan perubahan pola kehidupan di Indonesia yang sangat heterogen.

“Maka wujud nyata merawat kebangsaan itu adalah melalui cara menjunjung tinggi martabat kemanusiaan itu sendiri. Kesetaraan juga harus diterjemahkan bahwa seluruh masyarakat Indonesia berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah,” ujar Luky Yusgiantoro.

Ketua Presidium Pusat periode 2017-2022 Hargo Mandirahardjo saat menyerahkan buku Laporan kepada Ketua Presidium Pusat ISKA periode 2022-2026 Luky Yusgiantoro. (Foto: Ist)

Karena itu, kata Luky, ISKA tidak akan dan tidak dapat bekerja sendiri untuk menjalankan visi misi dalam kolaborasi dengan jejaring Ikatan Sarjana Katolik, baik itu dalam lingkup internal atau lintas agama, birokrat bahkan dengan organisasi di level internasional.

“Jejaring tersebut akan menjadi modal dasar Iska untuk bergerak menjabarkan tema besar itu dalam program nyata yang berdampak bagi gereja dan bangsa kita,” jelas Luky Yusgiantoro.

Sementara itu, Ketua Presidium Pusat periode 2017-2022 Hargo Mandirahardjo mengatakan sebagai rumah bersama bagi sarjana dan cendekiawan Katolik Indonesia, ISKA harus memegang teguh rasa kebangsaan dan keindonesiaan, spirit intelektual serta iman Katolik.

ISKA menjadi perutusan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan terus membangun solidaritas tanpa sekat, merawat komitmen kebangsaan, menjunjung martabat kmanusiaan dan kesetaraan.

“Keterpanggilan kita dalam berorganisasi sebenarnya adalah keterpanggilan kita untuk melayani gereja, dan negara dengan berbagai potensi intelektual dan profesi yang kita miliki masing-masing,” pungkas Hargo.

Acara pengukuhan tersebut juga diisi dengan orasi dari Menteri Koordinator Polituk Hukum dan HAM RI, Prof. Dr. Mahfud MD.

Ketua Panitia Acara Pengukuhan, Prasetyo Nurharjanto mengatakan ada sebanyak 70 orang yang dikukuhkan oleh Uskup Suharyo kali ini.

Beberapa di ataranya merupakan wajah lama, namun banyak di antaranya adalah wajah-wajah baru. ***