Peringatan Sumpah Pemuda, Gus Iim: Santri Harus Memegang Teguh Ideologi Negara

oleh -
Pengasuh Pondok Pesantren Salafiah Seblak, Jombang, Dr. KH Abdul Halim Mahfudz. (Foto: Ist)

Jombang, JENDELANASIONAL.ID – Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi momentum perubahan bagi bangsa Indonesia. Saat itu, pemuda sebagai komponen utama bangsa Indonesia memainkan fungsinya secara maksimal, yaitu bersatu melawan penjajah yang telah sekian lama mengotori kehormatan dan martabat bangsa.

Karena itulah penting bagi generasi muda untuk menyadari dan bertanggung jawab menjaga dan merawat persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiah Seblak, Jombang, Dr. KH Abdul Halim Mahfudz, saat ditanya terkait peran santri dalam konteks masa kini menegaskan bahwa para santri memiliki tugas cukup besar dalam memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa.

“Hari Sumpah Pemuda yang juga berdekatan dengan Hari Santri, sejatinya pesannya jelas yakni para santri ataupun generasi muda bangsa kita ini harus memegang teguh mengenai kesatuan persatuan, memegang teguh mengenai ideologi negara,” ujar Dr. KH Abdul Halim Mahfudz, di Jombang, Rabu (26/10/2022).

Pria yang akrab disapa Gus Iim ini mengatakan bukan tanpa sebab pemuda harus mampu memegang teguh persatuan. Pasalnya, pemuda saat ini hidup di era informasi dan komunikasi  yang cepat dan deras.

Hal itu, katanya, menjadi tantangan tersendiri bagi para pemuda bangsa ini. Karena itu jika tidak memiliki bekal komitmen kebangsaan yang cukup maka akan membahayakan keselamatan bangsa dan negara.

“Pemuda di era sekarang itu hidup dalam era yang berat, informasi itu bisa jadi tabrakan satu dengan yang lain. Kalau pemuda itu sendiri tidak memiliki bekal, tidak memiliki pengalaman dalam menghadapi informasi semasa itu, tentunya dia bisa bingung,” kata kakak kandung kandung dari pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Ikin) ini.

Gus Iim mengatakan Qanun Asasi KH. Hasyim Asy’ari mengutamakan persatuan. Hal inilah yang menurut Gus Iim perlu menjadi fondasi atau pegangan bagi kaum pemuda khususnya santri dalam perannya menjaga dan merawat nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

“Jadi anak muda ya harus tetap berpegang pada itu. Termasuk di antaranya kalau Qanun Asasi itu persatuan. Pancasila juga semangat persatuan. Sama dengan Islam juga menganggap bahwa  persatuan antar sesama itu juga sangat penting,” jelas Mudir (Direktur) bidang Kerjasama Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang ini.

Untuk itu, Gus Iim menyebutkan bahwa promosi terhadap nilai toleransi menjadi hal penting untuk terus dikampanyekan kepada kaum pemuda. Sebab, Indonesia ini adalah negeri yang memiliki ideologi, yang merupakan hasil rumusan para leluhur bangsa. Indonesia memiliki Pancasila yang telah menjadi kesepakatan bersama para  founding fathers atau para pendiri bangsa. Karena itu, sangat penting untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa dengan terus merawat toleransi.

“Khawatirnya sangat disayangkan anak muda ini kalau sampai terjebak oleh iming-iming, apakah iming-iming ideologi, iming-iming ekonomi, bahkan iming-iming politik dan segala macam. Jadi penanaman nilai-nilai toleransi untuk menjaga persatuan antar anak atau seluruh warga bangsa ini perlu dilakukan dan ditanamkan kepada para generasi muda ini,” ucap kyai yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen PSSI) di era kepemimpinan Djohar Arifin Husein ini.

Untuk itu, alumni Fakultas Adab, IAIN Sunan Ampel Surabaya ini kembali menegaskan bahwa pemuda khusunya santri harus dapat menunjukkan upaya kongkrit dalam melawan radikalisme, yang dapat merusak persatuan bangsa.

“Jadi generasi muda juga harus cerdas dan cermat untuk mewaspadai apa-apa yang dikemas itu yang seolah-olah itu benar. Padahal itu adalah kemas bungkusan yang dibuat-buat untuk mengelabuhi generasi muda saja,” kata cicit dari pendiri Nahlatul Ulama (NU), alm. KH. Hasyim Asy’ari itu. ***