Perlu Pendekatan Baru dalam Mengatasi Banjir Jakarta

oleh -
Banjir Jakarta. (Foto: Ant)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Pendekatan dan Strategi pengendalian banjir Jakarta masih didominasi dengan penanganan secara struktural, skala mikro, reaktif, dan simptomatic.

Padahal, banjir sebagai gejala alamiah tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sungai dalam persfektif hubungan wilayah hulu dan hilir. “Persfektif ini merupakan salah kunci penyelesaian masalah banjir”.

Hal itu diungkapkan dalam diskusi “Kerjasama Hulu Hilir Daerah Aliran Sungai Untuk Mengatasi Banjir Jakarta” yang digelar LP3ES, di Jakarta, pada Rabu (17/3) lalu.

Pengggunaan perspektif Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam perencanaan dan pengaturan sistem pengendalian banjir menjadi bagian pendekatan penanganan banjir. Selain itu penguatan governance dengan meningkatkan peran masyarakat agar lebih proaktif dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan akibat banjir.

Peneliti senior LP3ES, Kuswanto SA mengusulkan penerapan Integrated Flood Management dengan menggunakan model kombinasi penanganan struktur dan non struktur secara tepat, proporsional, terintegrasi dan saling mendukung.

“Penting bagi pemerintah untuk membangun visi bersama dengan melibatkan seluruh stakeholder mulai dari komunitas lokal sampai  pengambil keputusan tertinggi,” ujar Kuswanto yang juga anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional melalui siaran pers di Jakarta.

Selain faktor 13 sungai yang bermuara di teluk Jakarta, Sekretaris Dinas sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Dudi Gardesi menyampaikan bahwa Jakarta juga memiliki kerawanan lain terhadap bencana banjir yaitu adanya penurunan daratan (land subsidence).

“Dari sisi wilayahnya sendiri 40% wilayah Jakarta terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata dibawah permukaan air laut. Ditambah lagi secara geomorfologi wilayah Jakarta merupakan bentukan hasil proses fluvial dan terletak di bagian Utara Pulau Jawa,” ujar Dudi Gardesi.

 

Bias Persfektif Politik

Rentetan banjir yang terjadi sejak awal tahun di berbagai daerah menjadi perbincangan publik yang cukup hangat di sosial media.

Pakar Social Network Analysis, Ismail Fahmi menyampaikan perbincangan mengenai banjir sudah tidak lagi di dominasi oleh Jakarta, perbincangan banjir di luar Jakarta ikut meramaikan media sosial yang ditandai dengan kemunculan hastag seperti #prayforkalsel, semarang, cikampek dan lainnya.

“Selama tahun 2021 percakapan tentang banjir di media sosial sudah tidak lagi menjadi perbincangan banjir secara murni tetapi bertransformasi menjadi sentimen politik,” ujar Ismail Fahmi.

Namun demikian, Founder Drone Emprit ini menambahkan kampanye kontra Anies terkait banjir 2021 relatif berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Webinar yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan Dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terkait permasalahan banjir juga untuk mempertemukan berbagai narasumber baik dari pemerintah maupun dari pakar lingkungan serta sudut pandang perbincangan media sosial. (Ryman)