Pertemuan Rektor Seminari, Merawat Calon Imam yang Matang dan Seimbang

oleh -
Para Rektor Seminari se-Indonesia menggelar pertemuan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, Semarang, Jawa Tengah pada 22-26 Juni 2022. (Foto: Mirifica.net)

Muntilan, JENDELANASIONAL.ID – Para Rektor Seminari se-Indonesia menggelar pertemuan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan, Semarang, Jawa Tengah pada 22-26 Juni 2022. Ke-60 rektor tersebut membahas sebuah tema penting dalam pendidikan calon imam yaitu “Human Formation dalam Formatio di Seminari”.

Pertemuan diawali perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Ketua Komisi Seminari KWI, Mgr. Robertus Rubiyatmoko dengan konselebran Rektor Seminari Menengah St Vincentius A Paulo Garum, Rm Y. Fusi Nusantoro dan Sekretaris Komisi Seminari KWI, Rm J. Kristanto S dan diiringi oleh orkes Serenade.

Seperti dikutip  mirifica.net/, dalam kotbahnya Mgr. Rubi – sapaannya – menekankan bahwa tugas utama para formator adalah menjadi pemelihara. Formator adalah mereka yang terpanggil untuk merawat para calon-calon imam supaya menjadi para imam yang matang dan seimbang antara rohani dan kemanusiaannya.

Mgr Rubi memberi analogi Romo rektor seminari adalah pribadi-pribadi yang memelihara pohon-pohon buah yang bijinya sudah ditanam di seminari. Pohon-pohon ini diibaratkan sebagai para calon imam yang memiliki kualitas yang berbeda. Tugas para formator adalah memelihara, merawat para calon imam dengan berbagai cara supaya dapat berbuah dengan baik.

Hal tersebut, katanya, tentu tidak mudah. Terlebih ketika kita sedang berhadapan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Formator perlu belajar bersama supaya mahir merawat benih-benih dari Tuhan agar mereka menjadi imam yang baik.

Mgr. Robertus Rubiyatmoko juga berharap dalam pertemuan yang berlangsung selama 4 hari itu mampu memberikan insight baru kepada seluruh peserta dan mampu memberikan bekal dalam mempersiapkan para calon imam yang memiliki sisi manusiawi yang integral dan dewasa.

Human Formation, atau dimensi manusia ini wajib diolah secara baik sehingga dalam setiap tahap formasi para calon imam mereka memiliki kematangan pribadi. Sehingga ketika ditahbiskan mereka bisa menjadi imam yang tidak memiliki halangan. Jangan sampai ada ‘cacat pusaka’ yang tidak terselesaikan.

 

Perayaan Ekaristi Pembukaan Pertemuan Rektor Seminari Se-Indonesia/doc: Uppkas

Human Formation

Human formation atau pendampingan dimensi manusiawi menjadi pokok dalam formasio di Seminari. Dengan pendampingan bidang manusiawi ini, formator (staf pendamping) dapat melihat tingkat kesehatan fisik dan psikis para formandi (seminaris) di Seminari. Seminaris yang sehat secara fisik, intelektual, dan matang pribadinya diharapkan menjadi imam yang baik dan mampu melayani umat secara total.

Materi Human Formation ini dibawakan oleh Rm. Paulus Erwin Sasmita, Ph.D, staff dan psikolog Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Romo Erwin mengungkapkan bahwa menjadi imam adalah menjadi jembatan kepada Yesus Kristus, bukan malah menjadi hambatan bagi umat. Pelayanan imam di masa depan, membutuhkan pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab untuk dapat menjadi jembatan yang baik bagi umat. Kepribadian yang tangguh ini tidak hanya dipandang melalui kemampuan kognitif saja melainkan juga pengolahan emosi.

Dalam sesi ini, para rektor diajak menggali lebih dalam masalah-masalah psikologis dan penyimpanan seksual apa saja yang dialami oleh seminaris. Tidak hanya melihat masalah saja, namun para romo juga dibekali ilmu berupa modul yang telah disusun oleh Romo Paulus Erwin Sasmita untuk menjadi Formator yang baik.

Diskusi kemudian menukik pada masalah riil yang terjadi di lapangan dan bekal modul yang disusun dengan matang oleh Romo Erwin.

Selain itu, pada hari kedua ini formator juga mendapatkan pembekalan Alat Ukur Dimensi Manusiawi dari Tim Psikologi Unika Soegijapranata Semarang. Pertemuan ini dimoderatori oleh Romo Irfantinus Tarigan.

 

Penyembuhan Luka-luka Batin

Dalam pleno penutup pertemuan, Minggu (26/6) Sekretaris Komisi Seminari KWI Romo Joseph Kristanto Suratman kembali menekankan pentingnya human formation dalam pendidikan seminari.

Pendampingan dimensi manusiawi, katanya, sangat penting agar luka-luka batin dalam diri seminaris atau calon imam dapat diatasi sebelum memasuki jenjang seminari tinggi. Hal ini penting karena banyak calon imam di tingkat dasar masih terus membawa luka batin dalam dirinya.

Mereka misalnya masih membawa perlakuan keras baik oleh orang tua, maupun selama proses pendampingan. Mereka juga sering mengalami kekurangan afeksi yang jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Luka-luka tersebut diharapkan diolah dengan baik supaya seminaris siap menerima pendampingan dimensi spiritual, dimensi intelektual, dan dimensi pastoral.

Selain itu, human formation menjadikan calon imam memiliki kematangan baik secara fisik, psikis, intelektual, dan emosional.

Para rektor juga terlibat aktif dalam pleno dan berdiskusi bersama untuk mengembangkan formandi di masing-masing seminari.

Setelah pleno, pertemuan ditutup dengan perayaan ekaristi dengan selebran utama Rm Joseph Kristanto Suratman dengan didampingi oleh Rm Guido Suprapto dan Rm Hans Monteiro. Perayaan ekaristi diiringi oleh Jogja Chatolic choir.

Rm Kristanto mengingatkan supaya para formator tidak lelah mendampingi para formandi dan yang selalu siap dalam perutusan serta menjalaninya dengan sepenuh hati. (Mirifica.net/ UPPKAS)