Prasetyo Nurhardjanto: Relawan Harus Selalu Memberi Kabar Gembira dan Menyenangkan

oleh -
Ketua Bidang Pelatihan Gugas, Prasetyo Nurhardjanto di depan para relawan medis. (Foto: Ist)

Jakarta,  JENDELANASIONAL. ID — “Saya adalah perawat dari Kalimantan Barat. Saya sebenarnya ingin melanjutkan tugas sebagai relawan di sini. Tetapi ibu saya melarangnya dan meminta saya untuk pulang ke Pontianak. Bagaimana saya harus bersikap”?

Pertanyaan itu muncul dalam sharing session antara tenaga medis dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19.

Tidak dapat dipungkiri, para tenaga medis yang menjadi relawan Pandemic Covid19 memiliki dilema-dilema dalam pelayanan. Mereka adalah anak-anak muda yang berprofesi sebagai dokter, perawat, dokter gigi, apoteker dll yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan ditugaskan di RS Suyoto, Bintaro. Mereka memiliki siklus 30 hari kerja dan 14 hari karantina. Dengan siklus tersebut apalagi bekerja di zona merah Pandemic Covid, tentu menimbulkan banyak kekhawatiran dan dilema pribadi.

Kamis siang, (21/5) di Pusjemen Pusdiklat Kemenhan di bilangan Pondok Labu Jakarta, 164 tenaga medis yang menjadi relawan Covid19 berkumpul untuk menerima kunjungan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19. Rombongan yang dipimpin oleh Ketua Bidang Pelatihan Gugas, Prasetyo Nurhardjanto diterima langsung oleh Kolonel KavTjetjep Darmawan selaku Kasubdit Direktorat Bela Negara, Kolonel CKM Wibowo dan Kolonel CKM Adi Priyono.

Kunjungan itu dimaksudkan untuk melihat kondisi para relawan sekaligus memberikan motivasi kerja dari diri mereka. Kunjungan itu dinilai sangat membatu mereka di tengah rutinitas yang cukup padat.

Kol Tjetjep menjelaskan bahwa ada adaptasi-adaptasi yang harus dilakukan para relawan, mengingat mereka bekerja di lingkungan Kemenhan. Aspek kedisplinan, misalnya, menjadi mutlak dilaksanakan oleh para relawan saat mereka bekerja.

Dalam kesempatan tersebut, Prasetyo memberikan beberapa ilustrasi untuk memotivasi para relawan. Mereka diajak untuk memaknai pekerjaan kerelawanan ini sebagai sebuah panggilan. Prasetyo menyatakan salutnya terhadap keputusan para relawan yang meninggalkan keluarga demi terlibat dalam penanganan Covid19.

“Agar pekerjaan ini bermakna, maka ambillah selalu waktu untuk menggabungkan antara pengalaman yang kalian miliki, aksi yang kalian lakukan dan refleksikan aksi tersebut. Saya kira kalian dapat menemukan sesuatu yang lebih bermakna daripada hanya sekedar melayani pasien,” ungkap Pras, panggilan Prasetyo, yang juga Pengurus Presidium Pusat ISKA ini.

Menanggapi pertanyaan salah seorang relawan dari Kalimantan Barat, Prasetyo berpesan agar selalu memberikan kabar gembira dan menyenangan.

“Mendapat teman dan pengalaman baru adalah contoh kabar gembira yang dapat dibagi kepada keluarga. Dengan demikian, keluarga tidak cemas dan semoga direstui untuk tugas-tugas selanjutnya,” ujarnya.

Tidak hanya soal pribadi, ada juga relawan yang bertanya soalnya PSBB yang dinilai semakin tidak efektif. Dari sharing session tersebut, terungkap kebanggaan mereka menjadi bagian dari relawan percepatan penangan Covid19.

Seluruh relawan tersebut dibagi dalam tiga kompi sebagai dasar penugasan, pembagian jadwal, dan lain-lain.

Para relawan tersebut mendapat berbagai fasilitas, seperti ditempatkan dalam asrama yang memadai. Mereka juga dilengkapi dengan APD. Keselamatan tentunya menjadi prioritas utama bagi para relawan ini dalam bekerja.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 juga memberikan para relawan tersebut tambahan insentif dan perlindungan BP Jamsostek untuk kecelakaaan dan jiwa.

“Pengorbanan relawan sudah sangat banyak. Mereka harus merayakan Idul fitri jauh dari keluarga demi menangani pasien Covid19. Sudah seharusnya, kita mendukung mereka dengan mengikuti protokol Covid19 dan tetap tinggal di rumah,” pungkas Prasetyo. (Ryman)