Ramadan Waktu Terbaik Tingkatkan Kualitas Diri

oleh -
Ketua Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Hubungan Internasional, KH. Oke Setiadi Affendi, M.Sc. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Umat Islam di seluruh dunia sedang bersukacita melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Dengan puasa, umat Islam tidak hanya menahan haus dan lapar, tapi juga harus bisa menahan hawa nafsu duniawi.

Bahkan di bulan suci ini, umat Islam juga dilatih untuk dapat meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang merdeka, terbebas  dari nafsu, egoisme, fanatisme, adu domba dan perpecahan.

Ketua Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) Bidang Hubungan Antar Lembaga dan  Hubungan Internasional, KH. Oke Setiadi Affendi, M.Sc, mengatakan, momentum bulan Ramadan sejatinya dapat dimanfaatkan oleh umat  Islam untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga Ramadan  ini tidak semata-mata hanya menahan lapar dan dahaga semata.

“Yang penting dari bulan Ramadan adalah bagaimana kita sebagai umat memanfaatkan momentum untuk meningkatkan kualitas diri, sekaligus meraih berkah dari rangkaian berbagai ibadah. Intinya kita tidak hanya melewati bulan Ramadan seolah-olah sekadar tidak makan dan minum saja, tentunya itu akan sangat disayangkan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/4/2022).

Ia melanjutkan, kualitas diri yang dimaksudkan olehnya adalah kualitas fisik, kualitas kecerdasan dan kualitas mentalitas seseorang, sebagai umat yang beriman.

“Pertama yakni meningkatkan kualitas fisik yang seperti apa? Tentu bulan Ramadan ini melatih kita untuk seperti menghindari makanan yang tidak bermanfaat dan yang berbahaya buat tubuh kita,” jelas Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Kedua, lanjutnya, berpuasa berperan untuk melatih kualitas kecerdasan. Menurutnya di bulan Ramadan umat senantiasa dilatih untuk memilih hal baik dan meninggalkan keburukan. Sehingga umat menjadi cerdas yang diharapkan mampu menjadi part of solution untuk umat, bangsa dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

“Ketiga, memperbaiki mentalitas kita dari yang sebelumnya cepat marah, cepat mengeluarkan narasi yang tidak baik, atau mengeluarkan narasi yang suka menyakiti orang lain tentunya agar bisa pelan-pelan dikurangi bahkan dihilangkan dengan momentum bulan Ramadan ini,” kata Oke.

Dengan berpuasa, Oke meyakini bahwa umat dapat senantiasa memerdekakan diri nafsu, egoisme, fanatisme, adu domba yang dapat menimbulkan perpecahan.

“Tentunya dengan puasa, jadi mengurangi hal-hal yang sebelumnya boleh buat kita, ternyata hal itu akan membuat kita lebih mudah memerdekakan dari egoisme dan kita lebih mudah Allah menyatukan hati kita,” ungkapnya.

Ia menungkapkan, makna persatuan di bulan Ramadan, hendaknya bulan suci tidak hanya menjadi sukacita bagi umat muslim sendiri namun bagi seluruh umat. Ia juga berharap bulan suci ini, muslimin dan muslimat dapat menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan umat lainnya, agar tidak justru menimbulkan prasangka dan perseteruan.

“Tiap detik yang kita lalui di bulan Ramadan ini penuh dengan rahmat. Sehingga harusnya ini pun dirasakan bukan hanya oleh kaum muslimin, tapi oleh semua. Jadi, jangan sampai kemudian menganggu umat yang lain, dan harus dikomunikasikan dengan cara sebaik-baiknya,” ujar jebolan Master International Institute of Islamic Economic Islamabad Pakistan ini.

Bukan tanpa dasar, Oke menilai dewasa ini dalam hubungan antar umat kurang terjalin komunikasi. Menurutnya harus ada keterbukaan antar umat untuk menyampaikan aspirasi dan opininya serta saling menjalin silaturahmi sehingga akan muncul rasa saling menghormati antar umat dan persatuan akan terjaga.

“Jadi yang saya lihat selama ini kaum muslimin ini yang kurang komunikasi. Sehingga perlu dibuka komunikasi yang seluas-luasnya. Saya melihat komunikasi adalah kuncinya. Bukan malah semaunya sendiri. Itu dzolim namanya,” tuturnya.

Oke juga mengutarakan peran pemerintah dan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk membuat umat memahami Ramadan itu mempunyai makna untuk memerdekakan dan mempersatukan.

“Tokoh keumatan ini, harus bisa mempersiapkan umat untuk menghadapi Ramadan dengan kondisi sebaik dan seberkualitas mungkin, tidak hanya di bulan Ramadan tapi juga bulain lainnya, memanfaatkan semua momentum secara maksimal untuk mendorong masyarakat menjadi umat yang berkualitas,” tutur Oke.

Ia juga berpesan kepada masyarakat dan berbagai tokoh untuk dapat memposisikan diri berjalan bersama seirama dengan pemerintah untuk mewujudkan kemerdekaan diri, persatuan dan kerukunan. Tidak hanya dalam bulan ramadan namun juga bulan lainnya.

“Yang paling adalah bagaimana sekarang masyarakat juga ikut menata dirinya bersama pemerintah. Jadi harus bergandengan tangan antara pemerintah, tokoh keumatan dan juga masyarakat. Kalau caranya seperti itu kerukunan dan persatuan itu bisa tercipta di negeri ini,” jelas Oke. ***