Reuni 212 Tak Signifikan Bagi Peningkatan Elektabilitas Prabowo-Sandi

oleh -
Prabowo Subianto di acara Reuni 212, di Monas, Jakarta Pusat. (Foto: Ist)

JENDELANASIONAL.COM — Para narasumber yang tampil dalam dialog “Reuni Alumni 212” di Monas, dalam sebuah dialog di acara televisi swasta, sepakat bahwa Reuni 212 adalah kiprah yang berdimensi politik. Walaupun mereka memiliki perbedaan mengenai apakah Reuni 212 tersebut juga bisa disebut sebagai gerakan moral.

Budayawan Mohamad Sobari yang tampil sebagai salah satu peserta dialog misalnya, dengan jelas menolak adanya dimensi gerakan moral dalam Reuni 212 tersebut.

“Saya menganggap bahwa bisa saja Reuni tersebut dianggap sebagai bagian dari gerakan moral oleh pelakunya, karena ia memberikan arahan pilihan-pilihan kepada para pendukungnya,” ujarnya.

Beda halnya dengan pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, yang tidak mempermasalahkan apakah acara tersebut politis atau moral. Menurutnya, acara tersebut merupakan aksi yang tidak boleh dianggap enteng oleh siapapun.

Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak reuni tersebut terhadap elektabilitas kubu pasangan Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang jelas merupakan pihak yang didukung para peserta dan tokoh-tokoh dibaliknya, termasuk Rizieq Shihab, Amien Rais, dan Zulkifli Hasan dan lain-lain?

Para narasumber sepakat bahwa dampak dari reuni 212 itu belum tentu signifikan bagi peningkatan elektabilitas pasangan nomor urut 02 tersebut.

Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam mengatakan bahwa hal itu tidak berarti bahwa pasangan Capres Joko Widodo-Ma’ruf Amin bisa bersikap complacent alias merasa sudah cukup. “Sebab bisa saja, menurut saya, gerakan Reuni ini akan direplikasi di berbagai daerah dan mampu memobilisasi dukungan,” ujar Hikam.

Hikam mengatakan, reuni 212 juga memiliki nilai positif tersendiri bagi petahana, jika dilihat secara makro yakni sebagai keberhasilan Pemerintah dalam menjaga dan memelihara praktik demokrasi di Indonesia.

“Tidak seperti di berbagai negara berpenduduk mayoritas Islam di Timteng, bahkan di negara maju, di Indonesia aksi massa sebesar reuni bisa berlangsung aman, lancar, dan damai. Ini yang perlu dikapitalisasi oleh kubu 01,” ujarnya.

Kontestasi paslon dan perebutan dukungan akan semakin intens pada beberapa bulan ke depan. Model dan hasil aksi reuni 212 di Monas, Jakarta ini tentu akan digunakan pendukung paslon 02 di daerah di Indonesia.

Ini berarti bahwa pendukun paslon 01 juga perlu menciptakan counter yang efektif dan bukan hanya puas dengan laporan hasil survei yang sampai saat ini melaporkan hasil yang sama yaitu keunggulan pasangan Capres Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Pengalaman di negara-negara lain, termasuk AS, menunjukkan bahwa hasil survei bisa saja tak sama dengan hasil hitungan dari bilik suara,” pungkas Hikam. (Ryman)