Risiko Dapat Diminimalisasi Ketika Kita Mengerti dan Bertanggung Jawab Terhadap Bencana

oleh -
Acara talkshow Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) dengan tajuk “Sadar Bencana Meski tak Punya AYANG” yang disiarkan pada kanal Youtube RKN Media, hari Senin (14/02/2022). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Budayawan Antonius Benny Susetyo, yang akrab disapa Romo Benny, menyatakan bahwa mitigasi bencana di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama semua komponen bangsa Indonesia. Demikian dikatakan rohaniwan Katolik ini dalam acara talkshow Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) dengan tajuk “Sadar Bencana Meski tak Punya AYANG” yang disiarkan pada kanal Youtube RKN Media, hari Senin (14/02/2022).

Hadir pula dalam acara tersebut adalah Nandha Julistya dari Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia, dengan Diana Valencia sebagai pembawa acara.

Dalam dialog acara tersebut, pembawa acara menanyakan pendapat dari para narasumber perihal kondisi Indonesia dan keterkaitannya dengan bencana. Nandha menyatakan bahwa secara geografis, Indonesia adalah negara rawan bencana.

“Negara ring of fire, sehingga memiliki banyak gunung berapi. Pertemuan tiga lempeng tektonik dan juga diapit dua samudera besar; sedikit gempa potensi tsunami bisa sekali terjadi. Juga, negara khatulistiwa, curah hujan tinggi bisa menyebabkan banjir, musim kering membawa kekeringan,” jelasnya.

Benny menyampaikan bahwa pengetahuan bangsa Indonesia terkait kesiapsiagaan terhadap bencana minim.

“Jelas Indonesia rawan bencana, tetapi kesadaran dan kesiapsiagaan atas bencana belum menjadi budaya kita. Ini harusnya menjadi perhatian. Bencana bisa ditangani, asalkan kesadaran bahwa bencana menjadi bagian hidup kita hadir dalam hidup masyarakat,” ujar Benny.

Terkait pihak mana yang harus bertanggung jawab dalam menyadarkan masyarakat, Benny dan Nandha menjawab bahwa semua pihak, tanpa terkecuali, bertanggung jawab dalam menghadirkan dan menyadarkan masyarakat.

“Bencana itu tanggung jawab bersama. Semua orang harus sadar bencana bukan hal yang asing, tetapi ada dan hadir dalam kehidupan Indonesia, sehingga semua orang harus bersama bertanggung jawab. Sadarkan publik bahwa bencana itu dapat disikapi dengan kesiapsiagaan yang matang,” jelas Benny.

Benny juga menekankan bahwa kemauan untuk belajar dan penguasaan materi kesiapsiagaan bencana menjadi hal yang penting untuk hadir dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

“Aktif membaca buku panduan, menghubungi otoritas untuk memberikan pembinaan, membuat komunikasi sederhana tentang pengertian bencana, serta membangun komunikasi agar pengetahuan tersebut tersampaikan secara luas,” ujar Benny.

Nandha menambahkan bahwa pengetahuan tentang bencana dan kesiapsiagaan dapat menjadi bekal untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang-orang lain yang disayangi. Dia pun memberikan beberapa jalur pembelajaran yang dapat diakses masyarakat luas dalam mengenal bencana.

“Ada BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) untuk cuaca, ada PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) untuk gempa bumi dan gunung berapi, atau bisa akses ke BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Juga, pengetahuan akan Indeks Resiko Bencana Indonesia sebaiknya diketahui semua pihak,” jelas Nandha.

Pada akhir acara para narasumber menyatakan bahwa risiko bencana dapat diminimalisir saat semua pihak mengerti dan bertanggung jawab bersama.

“Pahami dimana kita tinggal, pahami ancaman, kerentanan, kapasitas, dan risiko daerah tinggal kita; pahami lingkungan supaya kita aman,” tutup Nandha.

“Bencana itu setiap waktu mengancam kehidupan. Bencana adalah bagian hidup kita. Siasati, gunakan jari-jarimu untuk edukasi diri sendiri dan orang lain. Memiliki pengetahuan untuk diri sendiri, lalu bagikan pengetahuan yang benar kepada orang lain. Itu bentuk tanggung jawab bersama. Itu bentuk hidup bergotong royong,” pungkas Benny. ***