Rizal Ramli: Melandasi Jabatan dan Kebijakan dengan Cinta

oleh -
Ekonom senior Rizal Ramli. (Foto: Dokumen Pribadi)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID— Tidak banyak tokoh yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap hidup sesama, terutama kaum miskin dan berkekurangan. Satu di antara tokoh yang memiliki kepedulian terhadap kaum papa adalah Dr. Rizal Ramli.

Ekonom senior ini mengatakan bahwa salah satu prinsip hidup yang senantiasa dipegang dan dibawanya hingga saat ini yaitu orang mampu harus membantu rakyat yang tidak mampu.

“Saya percaya dengan peribahasa Prancis ini, ‘Noblesse oblige’, yaitu seorang pemimpin atau elit dia harus mempunyai tanggung jawab untuk membatu kaum miskin,” ujar Mantan Menko Kemaritiman itu dalam acara “Refli Harun Channel”, yang diunggah pada Sabtu (25/9).

Mantan Menko Perekonomian pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mengatakan bahwa dirinya melandasi jabatan dengan cinta. Dengan cinta tersebut maka semua kebijakan atau policy yang diambilnya selalu mengutungkan rakyat kecil.

“Tapi orang yang tanpa dilandasi cinta, maka dia hanya menginginkan jabatan saja. Dia hanya ingin mempertahankan karier. Jadi tanpa dilandasi cinta maka kebijakan atau policy hanya akan menguntungkan kaum kaya, tanpa menyentuh rakyat biasa,” ujarnya.

Mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) ini mencontohkan kebijakan di Indonesia pada hari ini tanpa dilandasi cinta. Karena itu kebijakan yang dihasilkan hanya menguntungkan asing dan aseng bukan rakyat.

“Karena itu, kita harus ulet baik di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan, karena pasti banyak orang tidak suka dengan tidakan kita,” ujarnya.

Prinsip membatu sesama yang kecil tersebut sudah dilakukan Bang RR – sapaan Rizal Ramli sejak kecil, atau sekurangnya sejak menempuh kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Rizal Ramli bernostalgia, walau terlahir sebagai anak orang miskin, namun tokoh yang sudah menyandang anak yatim-piatu sejak kecil itu, memiliki kehidupan yang cukup mudah.

Saat kuliah di ITB, Rizal Ramli mengaku harus putus kuliah selama 6 bulan karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliah. Akhirnya dia memutuskan untuk bekerja di Percetakan Negara, yang waktu itu berada di Kebayoran, Jakarta.

Setelah 6 bulan bekerja akhirnya Rizal Ramli mempunyai cukup uang untuk kembali kuliah. “Saat itu saya dibantu teman untuk makan dan minum. Namun lama-lama saya harus mencari akal karena tidak mungkin dibantu terus. Akhirnya saya menyadari kekuatan saya yaitu bahasa asing. Saya membuka terjemahan bahasa Inggris. Lama kelamaan usaha ini berkembang. Ternyata ada banyak mahasiswa maupun dosen yang membutuhkan terjemahan. Saya akhinya harus mencari orang lain untuk membantu mengetik terjemahan tersebut. Kami kerja mulai pada Jumat sore sampai Sabtu. Namun duitnya cukup untuk biasa satu minggu ke depan, untuk pacaran dan lain-lain,” kenang Rizal Ramli.

Pekerjaan terjemahan itu pun lama-lama semakin cepat. Jika pada awalnya satu halaman terjemahan diselesaikan dalam waktu 2 jam, maka kemudian bisa diselesaikan hanya dalam tempo 15 menit untuk satu halaman.

Setelah itu Rizal Ramli bersama teman-teman membuka kursus bahasa asing. “Kebetulan di Bandung ada banyak anak orang asing yang membutuhkan kuliah jarak jauh. Kami hanya menjadi mentor saja dalam kuliah jarak jauh tersebut. Dan itu penghasilannya jauh lebih besar. Jadi saya bekerja dengan penuh semangat, karena saya menyukai pekerjaan tersebut,” kata salah satu pendiri ECONIT Advisory Group, kelompok studi ekonomi yang sangat disegani pada masa Orde Baru itu.

Menurut Rizal Ramli empati terhadap orang tidak mampu tetap dipegannya hingga kini. “Karena orang yang mampu, kaum elit, harus bertanggung jawab terhadap hidup orang di bawah. Prinsip hidup itulah yang men-drive saya untuk terus berjuang sampai hari ini,” ujarnya.

Bagaimana rasanya saat Rizal Ramli sudah tidak menjabat di pemerintahan lagi? Dia mengatakan tetap merasa tenang walau sudah tidak menjabat. Namun keberpihakannya terhadap rakyat kecil selalu besar – entah di dalam maupun di luar pemerintahan.

“Karena itu prinsip yang saya pegang dari dulu yaitu jika saya mempunyai pengetahuan akan saya share kepada orang lain. Akan saya kerahkan untuk membantu orang miskin. Nah prinsip inilah yang menggerakkan kita untuk mencapai tujuan. Saya akan all out mengerahkannya sampai hari ini,” pungkasnya. ***