Romo Benny: Keterasingan Terhadap Nilai Kemanusiaan Justru Meningkat di Era Digital dan Globalisasi

oleh -
Romo Benny dalam acara seminar “Peran Generasi Muda dalam Aktualisasi Nilai Nilai Pancasila Melalui Media” di Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana Kupang Nusa Tenggara Timur. (Foto: Ist)

Kupang, JENDELANASIONAL.ID — Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny susetyo menyatakan bahwa pada era digital dan globalisasi di mana informasi makin tidak terikat ruang dan waktu, keterasingan terhadap nilai-nilai kemanusiaan justru makin meningkat. Padahal kecepatan informasi ini diharapkan dapat membawa manusia makin menjadi cepat mengerti mengenai perkembangan informasi di sekitarnya, hingga membuat ikatan empati dan kebersamaan sesama anggota  masyarakat makin meningkat, bukan sebaliknya.

Hal ini diungkapkan Benny dalam acara seminar “Peran Generasi Muda dalam Aktualisasi Nilai Nilai Pancasila Melalui Media” di Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana  Kupang Nusa Tenggara Timur.  Acara yang diselenggarakan oleh Universitas Nusa Cendana Bekerja sama dengan Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila    ini  dibuka oleh Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Rima Agristina.

Dalam sambutannya  ia menyatakan bahwa acara dilaksanakan untuk membuat Bangsa Indonesia khususnya para pemuda dan mahasiswa dapat saling mengingatkan pentingnya menjaga agar nilai nilai kebangsaan Indonesia yang tercakup dalam Pancasila agar dapat selalu lestari saat berkegiatan di ruang digital.

“Karena nilai-nilai Pancasila merupakan identitas serta konsensus  kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Dalam acara yang diselenggarakan pada Kamis 7 Oktober 2021 ini, Benny juga menyatakan bahwa  keterasingan terhadap nilai kemanusiaan terjadi karena karena globalisasi lebih menitikberatkan pada kecepatan penyebaran informasi, bukan kedalaman isi dan manfaat informasi tersebut.

Menurut Benny, informasi yang dibagi pada saat dan era ini cenderung  mengabaikan kepantasan, kedalaman dan kebenaran. Hal ini membuat manusia menjadi mahluk satu dimensi yang mengagungkan informasi instan yang isinya mengabaikan norma dan nilai.

Masyarakat, katanya, juga cenderung  tidak melakukan penyaringan atas berita yang didapatkan agar selalu terlihat aktual. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat terjebak dalam menyebarkan banyak berita bohong, hoaks dan tidak bermanfaat yang berujung pada survei Microsoft yang menyebutkan bahwa warganet Indonesia adalah warganet dengan nilai kesopanan terendah di dunia.

Cara memperbaiki masalah ini menurut Benny adalah dengan menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan yang tercakup dalam Pancasila. Hal itu harus dimulai dengan mengarusutamakan nilai keluarga dalam media massa, media sosial, dan televisi.

“Kita juga harus dapat memenuhi ruang ruang publik dengan berita dan informasi bernuansa positif yang mampu meningkatkan rasa kebersatuan dan bangga terhadap keberagaman yang kita miliki. Hal ini niscaya dapat menjadi jawaban terhadap issue dan informasi negatif yang cenderung merusak dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” ujarnya.

Pemuda, kata Benny, harus menjadikan Pancasila sebagai gugus insting yang mempengaruhui cara berpikir, bertindak, bernalar, dan berelasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dibuktikan dengan menambah kecerdasan literasi dengan selalu senantiasa menelaah dan menyaring menggunakan kecerdasan dan logika berpikir tentang informasi yang mereka terima.

“Pertanyaan mendasarnya yaitu seperti apakah berita itu benar? Dan apakah berita itu bermanfaat? Niscaya akan membuat kita menjadi selektif serta bijaksana dalam berperilaku di dunia maya,” katanya.

Acara yang diselenggarakan sejak pukul 09.00 ini juga menghadirkan Herman Josis Mokalu atau Yosi Project Pop sebagai narasumber. Yosi yang hadir secara daring menyatakan bahwa untuk menghadapi berbagai macam masalah di dunia maya, khususnya yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan bangsa, perlu keyakinan dari generasi muda bahwa mereka juga berhak serta berkewajiban untuk dapat melakukan pembaruan positif terhadap atmosfir dunia maya di Indonesia yang kaya akan kekerasan, bully serta hoaks.

“Kita tidak perlu menunggu usia tua untuk turut andil dan berperan dalam menjaga negara yang sangat dicintai ini karena jika kita benar-benar mencintai negara tempat kita hidup dan tinggal kita akan selalu mau berusaha untuk berkontribusi positif bagi Negara ini,” ujarnya.

Kaum muda juga harus paham bahwa dalam menghadapi para penyebar kebencian serta berita bohong jangan kembali melawannya dengan kekerasan. Namun terbukalah untuk dialog karena tujuan baik harus diperjuangkan dengan cara yang baik. Karena setiap keburukan yang kita bagikan di ruang digital itu memperpendek jarak kita pada munculnya generasi tanpa hati.

“Kaum muda dapat berusaha memperbaiki dan menjaga ruang digital hingga menjadi tempat aman bagi semua orang dan golongan dengan cara selalu mencoba menggali dan mengenali potensinya.  Diharapkan dengan terus menggali dan menemukan kaum muda dapat berkontribusi dan  berperan aktif dalam usaha pembumian nilai-nilai Pancasila,” pungkas Yosi.

Seminar itu dihadiri oleh 100 mahasiswa secara luring dan 1000 mahasiswa secara daring ini. ***