Romo Mikael Endro Susanto: Toleransi Akan Terwujud Bila Ada Perjumpaan

oleh -
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Bogor Pastor Mikael Endro Susanto, Pr. (Foto: PEN@Katolik)

Bogor, JENDELANASIONAL.ID — Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Bogor Pastor Mikael Endro Susanto, Pr mengungkap pengalamannya dalam pertemuan dengan para tokoh agama Katolik termasuk 15 kepala paroki di wilayah Dekenat Tangerang I dan Tengerang II Keuskupan Agung Jakarta dan Paroki Kristus Raja Serang, Keuskupan Bogor, di Hotel di Tangerang, 12 April lalu.

Pertemuan yang menghadirikan narasumber Ketua Komisi HAK KAJ Pastor Antonius Suyadi Pr dan Ketua MUI Provinsi Banten H Romli itu juga dihadiri anggota FKUB Kabupaten Tangerang Johanes Wahyudi, Kepala Pembimas Katolik Provinsi Banten, Osner Purba dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Banten Haji Nanang Faturochman.

Romo Endro mengatakan, sesuai amanat Konsili Vatikan II, umat Katolik bisa berdialog dan bekerja sama dengan siapapun yang berkehendak baik.

Seperti dikutip dari PEN@ Katolik, Pastor Endro mengatakan, dalam bidang kehidupan kaum awam Katolik misalnya mengambil peran sebagai Ketua RT, RW atau jabatan kemasyarakatan lain bahkan menjadi pengurus dalam urusan masjid untuk membangun persaudaraan sejati.

“Dalam wujud relasi, iman itu menekankan perlunya perjumpaan. Toleransi akan terwujud bila ada perjumpaan,” kata Endro.

Dia misalnya mengisahkan keterlibatan umat Katolik dalam pawai obor dan doa bersama dengan para tokoh agama Protestan, Budha dan Konghucu.

Atau misalnya ketika Uskup Bogor merayakan ulang tahun serta ulang tahun imamat, maka banyak tokoh agama Islam mengirimkan karangan bunga untuk ucapan selamat. Bahkan banyak juga kerja sama dengan pihak TNI dan polisi untuk menyelesaikan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam keluarga Katolik.

Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM misalnya, selalu mengunjungi para tokoh agama Islam maupun agama lain, untuk menyampaikan ucapan selamat. Kunjungan tersebut sudah lazim dilakukan Uskup Bogor tersebut menjalang setiap hari raya Idul Fitri.

Sebagai tokoh agama Katolik, Mgr Paskalis menunjukkan kedekatan dengan umat Islam di wilayah Bogor. Dia juga membuktikan bahwa persaudaraan, kerja sama, toleransi harus secara terus-menerus digemakan.

Di Keuskupan Bogor, katanya, selain FKUB bentukan pemerintah ada juga Basolia (Badan Sosialisasi Lintas Agama) yang terbentuk atas kesadaran para tokoh agama. Wadah yang mengumpulkan seluruh tokoh umat beragama itu juga melakukan dialog kehidupan bersama berupa pengobatan massal yang melibatkan dokter serta perawat lintas agama.

“Saat ini kami sedang mengusahakan tanah untuk membangun rumah singgah bagi penderita kanker dan tumor yang mengalami kesulitan penginapan saat melakukan pengobatan dari kampung ke kota,” kata Endro.

Karena itu, dia mengajak para pastor di paroki untuk selalu mengikuti kegiatan lintas iman. “Jika ada undangan dari tokoh agama lain, misalnya, diusahakan supaya menghadiri kegiatan itu, karena lewat perjumpaan kita bisa membangun dialog dengan agama lain,” ujarnya.

Para pastor juga diajak selalu mengatasi dan mencegah rasa curiga, karena kecurigaan berarti tidak bisa bekerja sama, dan tidak bisa membuka ruang dialog.

Menurut Pastor Antonius Suyadi, umat dan tokoh agama Katolik harus selalu membina kerja sama dan menyapa umat beragama lain serta mengambil bagian dalam karya-karya sosial kemasyarakatan. “Dengan demikian mewujudkan garam dan terang dunia,” ujarnya.

Romli berharap wacana persaudaraan antarumat beragama terus diusahakan sehingga terbina kerukunan hidup umat beragama di Banten.

Sementara Nanang Faturochman mengingatkan peserta untuk terus bekerja sama agar terbina toleransi di wilayah Banten. (Ryman)