Ronda Digital Menjaga Medsos Bersih dari Ujaran Kebencian

oleh -
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si di Jakarta, Rabu (6/1/2019). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM Kejahatan dan pengganggu keamanan tidak hanya terjadi di lingkungan sosial yang nyata, tetapi juga di lingkungan media sosial (medsos). Hal ini karena di era digital ini pergaulan sosial juga semakin bertambah, dimana  interaksi dan komunikasi tidak hanya terjadi di ruang nyata tetapi juga di ruang maya.  Di sinilah pentingnya masyaraakat melakukan ronda digital yang mutlak dilakukan oleh generasi digital milenial untuk menjaga lingkungan medsos bebas dari kejahatan dan pengganggu keamanan di ruang maya.

Pengamat Medsos, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si mengatakan, literasi digital merupakan titik terpenting yang harus dipahami para generasi milenial untuk menjaga lingkungan medsos di tengah maraknya ujaran kebencian di dunia maya. Literasi digital tidak sekadar menunjukkan bahwa setiap orang bisa menggunakan medsos, media-media internet lainnya, namun juga cakap dalam memanfaatkan teknologi dan perangkatnya  juga.

“Literasi digital juga mensyaratkan setiap pengguna untuk bertanggung jawab terhadap konten di medsos itu sendiri. Karena pada kenyataannya, misalkan walau medsos itu akunnya bersifat pribadi dalam pengertian dibangun dan dimiliki oleh pengguna itu sendiri, namun konten yang diunggah pada dasarnya bersifat mass-self communication,” ujar Dr. Rulli Nasrullah, M.Si di Jakarta, Rabu (6/1/2019).

Hal itu menurutnya, setiap orang yang terhubung dengan akun tersebut dan dalam jaringannya pada dasrarnya bisa mengakses konten tersebut. Karena itu, konten dan perilaku dalam dunia digital tidak bisa serta-merta diklaim sebagai aktivitas pribadi dan berada di ruang privasi semata.

“Apalagi secara nama juga disebut sebagai ‘media sosial’, sehingga media yang digunakan seperti Twitter atau facebook merupakan media untuk berkehidupan sosial dalam ranah online. Ini menunjukkan ada nilai-nilai dalam masyarakat offline yang juga harus dibawa dalam kehidupan masyarakat online; walau dalam beberapa kasus banyak bermunculan nilai-nilai dan etika yang baru terkait budaya digital itu sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut menurutnya, sejalan dengan pentingnya literasi digital, ada upaya yang sudah dilakukan oleh pihak pemerintah melalui Kemendikbud dan Kemenkominfo dalam mensosialisasikan pentingnya literasi digital. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mendorong para generasi milenial ini untuk mau melakukan siskamling medsos atau menjadi hansip online dan melaporkan akun dan konten negatif.

“Kebetulan saya menjadi salah satu perumus dalam membuat panduan literasi digital. Rumusan yang menjadi panduan literasi digital tidak hanya untuk individu, melainkan juga panduan literasi digital di sekolah, bagi guru, siswa dan literasi digital bagi keluarga,” ujarnya.

Secara garis besar, ranah keluarga dan sekolah menjadi modal dasar dalam penerapan dan munculnya rasa tanggung jawab untuk memahami literasi digital untuk mewujudkan iklim medsos yang ramah dan bertanggung jawab. Dengan demikian, penyebaran literasi digital bisa semakin diterapkan di tengah masyarakat.

“Tanggung jawab bersama inilah, yang dimulai dari keluarga dan sekolah. Dan tentunya menjadi tanggung jawab setiap warga negara Indonesia untuk menciptakan kedamaian di medsos,” kata pria yang juga Dosen Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam di fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini

Dia mengatakan,  tanggung jawab dalam menggunakan fasilitas medsos perlu dipahami oleh generasi milenial agar tidak hanya diam atau pasif ketika ada akun atau konten negative di medsos. Caranya tentu dengan tidak ikut berkomentar terhadap konten negatif tersebut serta tidak ikut menyebarkan konten negatif. Jika ingin berkomentar atau menyebarkan konten, selalu melakukan cek dan klarifikasi terhadap konten melalui situs-situs resmi atau saluran resmi lainnya, Dan yang selama ini sering diabaikan adalah melaporkan konten tersebut ke pengelola atau adiministrasi medsos.

Peraih gelar doktor dari Universitas Gadjah Mada ini mengaku kalau peran generasi milenial ini  sangat diperlukan untuk dapat membantu menyebarkan konten positif di medsos demi menjaga kerukunan antar masyarakat dari pengaruh ujaran kebencian. Hal ini merujuk pada hasil riset yang menunjukkan bahwa pengguna internet di indonesia selalu mengalami peningkatan dalam sisi jumlah. Ditambah lagi bahwa era saat ini adalah eranya generasi milenial yang berciri khas bebas berpendapat, banyak berkreasi konten serta memunculkan budaya-budaya internet yang baru dan khususnya untuk generasi milienial itu sendiri.

“Ini karena pengguna medsos bisa dikatakan cenderung banyak dimiliki dan dimainkan oleh generasi muda. Dengan demikian, sangat penting bagi generasi milenial yang untuk membantu menyebarkan konten positif. Melalui konten kreatif dan bahasa yang sesuai dengan generasinya tentunya  menjadi lebih mudah penyebaran konten positif tersebut,” kata pria yang juga menulis buku tentang Media Sosial dan Media Siber ini

Katanya lagi, peran pemerintah juga sangat penting untuk ikut berperan mengajak para generasi milenial mengkampayekan ronda digital dan hari bebas kebencian di medsos untuk perdamaian bangsa. Selama ini sudah banyak yang dilakukan pemerintah dalam menyiapkan, mensosialisasikan dan mengajak generasi milineal untuk ikut dalam menjaga kebaikan di medsos disamping peran seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat itu sendiri.

“Namun, tetap saja dengan keterbatasan sarana dan SDM, masyarakat tentunya juga ikut berpartisipasi aktif dalam literasi digital tersebut. Konektifitas di berbagai lapisan ini akan menjadi efektif dalam mengkampayekan Hari Bebas Kebencian sebagai upaya melakukan ronda digital di medsos untuk menjaga perdamaian di masyarkat itu sendiri,” pungkasnya. (Ryman)