Siapa Saja Capres Pontensial pada Pilpres 2024?

oleh -
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memaparkan materinya pada Konferensi Pers Hasil Temuan dan Analisis LSI Denny JA di Jakarta, Selasa (2/7/2019). (Foto: Antara)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan terdapat 15 nama calon presiden (capres) potensial yang maju pada Pemilihan Presiden 2024.

“Ada 15 nama capres potensial untuk Pilpres 2024,” kata Peneliti LSI Rully Akbar, dalam Konferensi Pers Hasil Temuan dan Analisis LSI Denny JA di Jakarta, Selasa (2/7).

Rully mengatakan, adapun kriteria capres tersebut antara lain, memiliki popularitas di atas 25 persen, mempunyai potensi berdasarkan penilaian subjektif dari LSI, serta berasal dari empat sumber rekrutmen.

Empat sumber rekrutmen itu antara lain, pernah menjabat di pemerintahan pusat, berasal dari ketua partai politik, berasal dari kepala daerah, dan berasal dari profesional, swasta, atau ormas.

Rudi mengatakan, dari segmen kepala pemerintahan daerah, LSI memprediksi empat nama yaitu Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), dan Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur). Menurut radar LSI, keempat tokoh ini berpeluang menjadi capres di 2024.

“Kepercayaan publik pada Ridwan Kamil cukup tinggi,” katanya.

Dari segmen petinggi partai politik, LSI menyebutkan enam tokoh yaitu Prabowo Subianto (Gerindra), Sandiaga Uno (PAN), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), Puan Maharani (PDIP), dan Muhaimin Iskandar (PKB).

“Cak Imin dari PKB misalnya punya masa sendiri seperti NU dan Jawa Timurnya,” ujar Rully.

Selanjutnya, nama-nama yang saat ini memiliki jabatan di pemerintahan seperti Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Budi Gunawan (BIN), Tito Karnavian (Kapolri), dan Gatot Nurmantyo (Mantan Panglima TNI). Menurut Rully, tokoh ini juga potensial capres pada 2024.

Namun LSI juga tidak menutup kemungkinan terhadap munculnya sejumlah calon yang belum pernah dikenal publik sebelumnya. Dia mencontohkan yaitu munculnya nama Joko Widodo pada pemilu 2014.

“Bisa jadi ada nama-nama memang tidak masuk di radar. Bisa jadi nama yang muncul tiba-tiba seperti kasus Jokowi di 2014,” kata Rully.

“Prediksi capres itu tidak bermaksud untuk melangkahi pemerintahan baru saat ini. Namun Pilpres 2019 telah usai sehingga reposisi kekuasaan menjadi perhatian khusus bagi sebagian elit politik,” pungkasnya. (Ryman)