Tak Memiliki Visi Memajukan Bangsa, Koalisi Parpol Saat Ini Sangat Pragmatis

oleh -
Pengamat komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID -Pengamat komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, mengungkapkan pendapatnya terkait maraknya koalisi-koalisi di media massa menjelang 2024.

Hal ini diungkapkannya dalam video di Kanal Youtube Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN), dalam segmen “Jangan Julid Bosque Bersama Om Ben” dengan judul “Koalisi Partai Politik Untuk Siapa?”

Benny, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa koalisi yang ada memiliki sifat sementara.

“Koalisi ini sementara, untuk memenuhi target kursi 20%, yang sampai saat ini hanya dimiliki oleh PDI-P. Maka, partai politik (parpol) lainnya mencari partner, mitra. Ini sebenarnya koalisi yang pragmatis, bukan koalisi dengan memiliki visi untuk membangun dan memajukan suatu bangsa. Yang penting adalah mendapatkan kekuatan dan kekuasaan,” tuturnya.

Benny menyoroti isu-isu global yang terjadi saat ini, dan kaitannya dengan koalisi yang ideal.

“Ada konflik Ukraina-Rusia yang menyebabkan krisis pangan global. Seharusnya, koalisi memiliki visi-visi untuk menjawab tantangan global, yaitu ketahanan pangan; negara harus mampu menguasai teknologi informasi, dan  negara mampu menghadapi situasi COVID-19, bahan bisa memiliki kemampuan memproduksi vaksin. Ini visi ketahanan kita; ini preventif, bukan sekedar kreatif,” jelasnya.

Pengamat komunikasi politik itupun menunjuk kriteria pemimpin Indonesia di masa depan.

“Pemimpin masa depan bukan hanya seorang yang strong leader, tetapi harus seorang yang visioner, mampu melihat dan mampu mengangkat martabat Indonesia. Contohnya Bung Karno. Dia visioner yang betul mampu mengangkat bangsa terjajah menjadi merdeka dan bergengsi, bahkan mengadakan Konferensi Asia-Afrika. Setelah Soekarno, Indonesia belum punya pemimpin yang visioner seperti ini,” ujarnya.

Dia mengatakan, presiden ke depan haruslah seorang yang memiliki visi, mampu berdaulat di bidang politik, ekonomi, dan budaya. “Harapannya untuk koalisi-koalisi yang terjadi sekarang bukanlah mencari kawan, tetapi harus memiliki agenda perubahan yang mampu mengangkat martabat Indonesia,” katanya.

Namun demikian, katanya, masyarakat harus tetap memiliki optimisme ke depan.

“Kita harus optimistis bahwa parpol mementingkan kepentingan bangsa dan negara, bukan cuma merebut kekuasaan. Parpol sebaiknya jangan berpolitik ‘saya dapat apa’, tetapi harus menghayati bahwa  politik itu panggilan untuk menjadi pelayan publik,” jawabnya.

Benny mengatakan bahwa politik harus memiliki dua dimensi yaitu dimensi manusiawi dan ilahi. Karena itu, politik merupakan panggilan etis untuk mewujudkan kesejahteraan umum. “Elit politik harus mewujudkan cita-cita Pembukaan UUD 1945,” ujarnya.

Benny mengharapkan pemilu 2024 harus menjadi politik yang etis. “Yang ditakutkan saat ini adalah politik tanpa gagasan dicampur dengan politik identitas. Hal ini memunculkan emosi, pertarungan jadi pragmatis. Ini tidak boleh terjadi. Semoga hal ini tidak terjadi. Koalisi harus menampilkan agenda perubahan, harus memiliki visi, sehingga Indonesia memiliki martabat di konteks dunia internasional,” tutupnya.***