Tidak Produktif Untuk Kepentingan Bangsa dan Negara

oleh -
Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner, Emrus Sihombing

Oleh: Emrus Sihombing

Wacana rencana debat publik antara Menteri Keuangan, Sri Mulyani dengan pengamat ekonomi Rizal Ramli tentang skema utang pemerintah semakin kencang. Bahkan peliputan media tentang wacana perdebatan tersebut semakin marak. Publik seolah dikondisikan siap “menanti” peristiwa tersebut.

Sebenarnya, perdebatan akan menarik jika mereka berdua memakai paradigm yang sama tentang skema utang pemerintah. Dengan demikian, publik dapat memberi penilaian, apakah pandangan Sri Mulyani atau pandangan Rizal Ramli yang lebih solutif untuk bangsa dan negara.

Lain halnya, jika mereka berdua menggunakan paradigm yang berbeda tentang skema utang pemerintah tersebut, saya berpendapat pandangan mereka berdua bisa dibenarkan walaupun argumentasi yang mereka berdua bangun berseberangan satu dengan lainnya.

Bahkan saya berani memperkirakan, jika benar terjadi perdebatan tersebut, mereka masing-masing cenderung berangkat dari paradigma yang berbeda tentang skema utang pemerintah.

Sangat kecil kemungkinan, bahkan kemungkinannya 0 persen, mereka berdua menggunakan paradigma yang sama. Selain itu, saat ini posisi mereka berdua sangat berbeda dalam pemerintahan sekarng. Posisi dan kepentingan seorang aktor sosial akan menentukan tindakan komunikasi politiknya

Jika mereka berdua berangkat dari paradigma yang berbeda, maka perdebatan tidak begitu produktif untuk kepentingan bangsa dan negara.

Dengan demikian, yang diuntungkan dari perdebatan tersebut, ya mereka berdua, yaitu Sri Mulyani dan Rizal Ramli. Setidaknya mereka berdua semakin populer, yang bisa mereka gunakan menjadi modal komunikasi pemasaran politik untuk menjadi Balon Capres atau Cawapres pada Pilpres 2019.

Dengan demikian, tentu bila menggunakan paradigma yang berbeda, sebaiknya perdebatan ini dibatalkan.

Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner di Jakarta