Tim Medis Gempa Cianjur: Koordinasi Penting untuk Pemetaan Demi Pelayanan

oleh -
Apel pagi bersama semua unsur yang terlibat di pos pelayanan. (Foto: Media Center St Petrus Cianjur)

Cianjur, JENDELANASIONAL.ID – Pos Pelayanan Kemanusiaan Paroki Santo Petrus, Cianjur sejak hari pertama gempa di wilayah Kabupaten Cianjur, memberikan pelayanan kesehatan dan membuka dapur umum.

Pelayanan-pelayanan tersebut tidak hanya untuk melayani umat, namun juga bagi para warga terdampak dan para relawan yang terlibat dalam respon tanggap darurat Cianjur.

Rapat evaluasi yang dilakukan pada Senin (28/11) memutuskan bahwa pada hari Selasa (29/11) Tim Medis tidak melakukan pelayanan kesehatan di lokasi-lokasi terdampak seperti hari-hari sebelumnya. Pelayanan medis hanya dilakukan di Pos Pelayanan Kemanusiaan Paroki Santo Petrus, Cianjur saja.

Pemberian booster multivitamin kepada salah relawan (Foto: Media Center St Petrus Cianjur)

Tim Medis yang melakukan pelayanan kesehatan ini berasal dari Unika Atmajaya dan RS. Carolus Jakarta. Para dokter yang turut membantu di dalamnya ada dr. Gabriela Widjaja, dr. Nicholaus Pratama, dan dr. Renandha Septaryan. Sedangkan para perawat dan petugas farmasi berasal dari RS. Carolus, Medisar, dan Korps Sukarela (KSR) Atmajaya.

Tim Medis Pos Pelayanan Kemanusiaan Santo Petrus, Cianjur memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum dan juga para relawan. Para relawan perlu mendapatkan pelayanan juga untuk menjaga agar mereka tetap fit dan sehat. Kegiatan ini dilakukan di halaman Gereja Santo Petrus dengan memanfaatkan tenda yang biasa digunakan relawan untuk beristirahat.

“Sejak kejadian gempa, pada hari Senin malam (21/11/) hingga hari Selasa (29 /11) ini, para relawan terus bekerja. Tadi saya disuruh dokter untuk beristirahat karena tensi saya cukup tinggi,” ucap Dionisius Indarintoko, Koordinator Lapangan Operasi Tanggap Darurat Paroki Santo Petrus Cianjur dalam siaran pers yang diterima redaksi JN di Jakarta, Rabu.

“Pemberian vitamin kepada para relawan agar mereka tambah bersemangat dan tetap sehat,” ujar Koordinator Tim Medis, dr. Nicholaus P.

Sejauh ini, yang terlibat dalam pelayanan kemanusiaan di Pos Pelayanan Kemanusiaan ini adalah DPP Paroki Santo Petrus Cianjur, OMK Paroki Santo Petrus, WKRI Cabang Cianjur, OSIS SMA Mardi Yuana, Suster Putri Kasih, Suster Konggregasi SFS, Perdhaki Jabar-Banten, Pemuda Katolik, PMKRI, Yayasan Kasih Bangsa Surabaya, Unika Atmajaya, RS. Carolus Jakarta, Caritas Regio Jawa, dan Caritas Indonesia (Karina-KWI).

Pak Geni, salah satu pasien yang mengalami luka di punggung tangan. Setelah ditangani pada kegiatan pengobatan tadi lalu dirujuk ke rumah sakit. (Foto: Media Center St Petrus Cianjur)

Menurut dr. Gabriela Widjaja dari Unika Atmajaya yang terlibat dalam pelayanan kesehatan tersebut pasien yang berobat hari ini berjumlah 39 orang (15 laki-laki dan 24 perempuan) yang terdiri dari 2 anak-anak, lansia 2 orang dari orang dewasa berjumlah 35 orang.

“Warga maupun para relawan yang datang berobat dan konsultasi kesehatan, banyak yang mengeluh batuk, meriang, pilek, pusing, dan tangan sering keram (kebas),” kata dr. Gabriela.

Bapak Geni Hafin (57 tahun), salah satu warga terdampak yang datang berobat, mengalami luka pada punggung tangan kiri hingga jari-jari tangan. Lukanya sudah bernanah dan tampak kotor. Luka tersebut kemudian dibersihkan dan ditutup dengan kasa basah dan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat.

“Saya mau agar tangan sembuh sembuh,” kata Geni sambal matanya berkaca-kaca.

Seusai melakukan kegiatan pengobatan dan konsultasi kesehatan, dr. Nicholaus Pratama dan dr. Gabriela Widjaja langsung berkoordinasi dengan Posko Kesehatan di Pendopo Kabupaten Cianjur (Posko Utama) untuk mengetahui seberapa besar kekuatan Klaster Kesehatan dalam respon tanggap darurat gempa Cianjur.

Selain itu juga untuk meminta obat yang sudah habis atau menipis persediaannya atau yang belum ada di pos pelayanan kemanusiaan.

“Koordinasi ini penting dilakukan, selain untuk memetakan wilayah maupun warga terdampak yang harus kita layani, namun juga untuk memastikan ketersediaan obat-obatan sehingga pelayanan tidak terhambat,” pungkas dr. Gabriela. (ys, mdk)