Titiek Soeharto Sebut Kondisi Kebangsaan Kita Mengalami Ujian yang Berat

oleh -
Titiek Soeharto dalam acara seminar “53 Tahun Supersemar, Kepemimpinan Nasional dalam Perspektif Pancasila” di Gedung Granadi, Jakarta Selatan, Selasa (12/3). Acara itu dihadiri oleh pembicara yaitu Sayidiman Suryohadiprojo, Yudi Latif, dan Fuad Bawzier. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM — Ketua Yayasan Supersemar Siti Hediati Hariyadi atau yang biasa disapa Titiek Soeharto mengatakan bahwa Soekarno dan Suharto merupakan puterta terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keduanya adalah pemimpin yang mengembangkan kepemimpinan berdasarkan Pancasila.

“Kepemimpinan Pancasila itu digali oleh Pak Karno dan dilaksanakan oleh Pak Harto,” ujar Titiek dalam acara seminar “53 Tahun Supersemar, Kepemimpinan Nasional dalam Perspektif Pancasila” di Gedung Granadi, Jakarta Selatan, Selasa (12/3). Acara itu dihadiri oleh pembicara yaitu Sayidiman Suryohadiprojo, Yudi Latif, dan Fuad Bawzier.

Titiek yang juga politisi Partai Berkarya itu mengatakan bahwa keduanya, Soekarno dan Soeharto, sama-sama berkomitmen mengembalikan Pancasila dan UUD 1945 pada arah yang benar.

Namun, puteri Presiden Soeharto ini mengatakan saat ini Indonesia mengalami ujian yang berat. “Kondisi kebangsaan kita hari ini mengalami ujian yang luar biasa. Kondisi saat ini merupakan posisi yang strategis untuk kembali merenungkan perjalanan bangsa kita,” ujarnya.

Karena itu, Titiek berpesan agar semua anak bangsa bisa memilih pemimpin terbaik bangsa, yang bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan berjaya. “Kita harus memanfaatkan pemilu ini untuk memilih pemimpin yang mampu mengembalikan kejayaan bangsa dan negara kita,” ujarnya.

Menurutnya, Surat Perintah 11 Maret 1966 atau yang dikenal juga dengan Supersemar, merupakan produk konstitusional. Surat itu dikeluarkan oleh Presiden Soekarno dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban akibat pemberontakan PKI 30 September 1965.

“Supersemar juga merupakan surat perintah untuk mengembalikan Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa, yang telah tergerus oleh Nasakom dengan dominasi paham Komunisme PKI. Berdasarkan Supersemar tersebut, kemudian PKI pun dibubarkan pada 12 Maret 1966,” ujarnya.

Menurut Titiek, bangsa Indonesia perlu memahami kepemimpinan Soekarno dan Soeharto yang ditugasi untuk menyelesaikan keruwetan pada masa itu. Kedewasaan politik dan komitmen kedua putra terbaik Indonesia itu mampu mengembalikan Pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan bagi bangsa Indonesia.

“Kami berharap melalui seminar nasional ini kita bisa memberikan pemahaman praktek terbaik (best practice) pelaksanaan kepemimpinan dalam pembangunan nasional,” pungkasnya. (Ryman)