Universitas Katolik Parahyangan Juara Debat Konstitusi MPR Tahun 2017

oleh -

JAKARTA-Riuh sorak memenuhi Plasa Nusantara IV Gedung DPR MPR Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2017). Penonton pun serentak berdiri dari kursinya menyambut nama Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) yang disebut sebagai Juara 1 Lomba Debat Konstitusi Tingkat Perguruan Tinggi MPR RI 2017. Tim pemenang tak kuasa menahan haru di atas panggung yang meluap lewat tangis bahagia.

Itu lantaran mereka berhasil menjadi juara walaupun sempat mengalami kendala pada tahapan sebelumnya. Dalam laga penentuan itu mereka berhasil mengalahkan rival sekota Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Kedua tim asal Bandung ini berhasil menyisihkan delapan universitas lain dari berbagai daerah di Indonesia yang menjadi finalis.

“Sebenarnya kami hampir gagal berangkat karena kami adalah runner up dari regional. Tapi kami diberi kesempatan untuk masuk ke tahap nasional setelah ada pertimbangan dari MPR,” ujar Kireina, pembicara dari tim pemenang sambil menghapus air mata bahagianya.

Ia dan tim-nya mendapat waktu sekitar satu minggu untuk mempersiapkan diri. Waktu itu pun diisi dengan berbagai latihan, mulai dari menggali berbagai mosi, membaca buku-buku, dan latihan debat setiap harinya.

Dalam babak pamungkas itu, kedua tim tersebut beradu argumen dalam mosi “Memasukkan Sila-Sila Pancasila ke Dalam UUD NKRI”. Tim dari Universitas Padjajaran berdiri pada posisi pro, sementara tim Universitas Katolik Parahyangan kontra terhadap mosi tersebut. Dalam tiga sesi debat itu, keduanya memaparkan argumen mengenai mosi yang mereka pilih.

Performa para grand finalis pun menuai pujian dari dewan juri.

“Luar biasa menakjubkan, mereka menguasai ideologi dan konstitusi sebegitu komprehensif dan mereka berani beradu argumentasi pada sisi yang pro-kontra,” tutur Tb Hasanudin, Wakil Ketua Lemkaji MPR yang bertugas sebagai salah satu juri.

Ia pun menyatakan bahwa Lomba Debat Konstitusi ini merupakan bagian dari sosialisasi untuk memahami ideologi bangsa. Ia pun berharap masyarakat, khususnya perguruan tinggi untuk melek ideologi. Sehingga pemasyarakatan ideologi tidak perlu dilakukan dengan doktrinasi, namun secara sukarela oleh masyarakat sendiri.

“Sudah saatnya bangsa ini kembali kepada ideologi. Dia sebagai living ideology, working ideology, dan konstitusi yang hidup,” ujarnya.

Universitas Parahyangan sebagai Juara 1 menerima hadiah berupa uang pembinaan sebesar Rp 50 juta dan juara kedua yaitu Universitas Parahyangan sebesar Rp 40 juta. Sementara itu juara ketiga dan keempat mendapat masing-masing Rp 30 juta dan Rp 20 juta.