Vatikan Ubah Tata Cara Penerimaan Abu pada Rabu Abu

oleh -
Perubahan tata cara penerimaan Abu pada Hari Rabu Abu. (Foto: Vatican News.com)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID –Pandemi virus Covid-19 terus memaksa perubahan dalam kehidupan sehari-hari, yang juga tercermin dalam lingkup Gereja secara luas.

Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen mengeluarkan nota yang menguraikan prosedur yang harus diikuti oleh para imam di seluruh dunia untuk pemberian abu pada awal Prapaskah.

Melansir Vatican News (12/1), tata cara penerimaan abu pada Rabu Abu, 17 Februari juga akan mengalami perubahan dari biasanya.

Setelah memberkati abu dan memercikkannya dengan air suci dalam keheningan, imam berbicara kepada umat yang hadir, membacakan rumusan doa dalam buku Missale Romanum: “Bertobatlah, dan percaya pada Injil” atau “Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan akan kembali menjadi debu”.

Setelah itu, imam akan membersihkan tangannya, memakai masker, dan membagikan abu. Pembagian abu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: umat datang menghampiri imam atau imam pergi ke tempat umat dengan umat tetap berdiri di tempatnya.

Imam kemudian menaburkan abu di kepala setiap orang tanpa mengatakan apa-apa.

Seperti dikutip Katolisitas.org, Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka “40” selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).

Mengapa Hari Rabu?

Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus). Maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.

 

  1. Mengapa Rabu Abu?

Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6). Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return)”. (Ryman)