Waspadai Kebenaran Semu di Media Sosial

oleh -
Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelanggarakan Webinar bertajuk "Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media", pada Sabtu (27/02/2021). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelanggarakan Webinar bertajuk “Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media”, pada Sabtu (27/02/2021).

Acara yang dihadiri lebih dari 130 orang ini dibuka oleh Sekretaris Utama BPIP, Karjono yang mewakili Kepada BPIP. Dalam sambutannya dia menjelaskan bahwa di era digital ini informasi menjadi tidak ada batasan ruang dan waktu.

“Di era milenial dan digital ini ketika infomasi tidak ada batasan ruang dan waktu,” jelas Karjono.

Terkait berita hoax dirinya menjelaskan harus menggunakan hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.

“Tidak menutup kemungkinan ada berita hoax oleh karena itu mari menggunakan hati dalam menggunakan media yaitu santun sopan dan bijak dalam menggunakannya,” ujarnya.

Selain itu, harus mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers. Dirinya menjelaskan bahwa pers dan semua pihak harus membuat media sosial yang nyaman.

“Kami mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers karena kemerdekaan dan kebebasan pers dijamin di negara ini. Tapi bebas bukan berarti bebas sepenuhnya karena masih harus berdasarkan norma, tidak membalikan fakta, dan lainnya. Untuk itu mari membuat media nyaman,” tambahnya.

Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto yang turut menjadi pembicara dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa diera digital ini penting pahami bahwa Pancasila harus dijaga bersama.

“Diera sekarang harus memahami bahwa Pancsila dan negada adalah anugerah yang harus dijaga. Kebhinnekaan yang sangat luar biasa bisa bersatu karena dulu founding father berjanji dan disatukan oleh semangat yang sama membangun bangsa dengan Ideologi Pancasila,” jelas Henri.

Henri menegaskan bahwa Indonesia merupakan wilayah yang jadi rebutan dan banyak yang mau menancapkan ideologi barudi Indonesia. Oleh karena itu kita harus hati-hati menjaga bangsa ini.

 

Pers dan Ruang Digital

Selain itu, Henri menambahkan bahwa kebenaran semu banyak terjadi di media sosial saat ini.

“Kebenaran semu banyak tercipta yang seakan benar karena pendukungnya banyak padahal belum tentu secara hakikat seperti itu,” tambahnya.

Pers sekarang tidak bisa dipisahkan dengan digital. Mau tidak mau pers harus berada di ruang digital.

“Pers memiliki tanggung jawab menjaga nilai kebijakan, memperkuat nilai kebangsaan, dan konten yang positif bukan keranjang sampah,” pungkas Henri.

Staf khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi menegaskan terkait fungsi media yang bukan sekadar hiburan.

“Fungsi media itu bukan sebagai hiburan saja, media adalah sekolah sepanjang masa,” ujar Ayu.

Ayu menambahkan peran penting media masa adalah menjadikan mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan, mengajarkan norma, dan hiburan.

“Peran penting media masa adalah menjadi mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan, mengajarkan norma, dan hiburan,” jelas Ayu.

Terkait implementasinya, Ayu menjelaskan implementasi Pancasila yang baik adalah internalisasi terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Hal lain dijelaskan oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo. Menurutnya saat ini di media banyak orang yang bertopeng yang ingin menunjukan eksistensinya.

“Di media sekarang orang itu anonim sehingga orang bisa menggunakan topeng karena tidak berhadapan langsung dengan orangnya. Dalam topeng ini memerankan banyak peran karena ingin menujukkan eksistensinya,” jelas Benny.

Terkait dengan unsur SARA, Benny menambahkan saat ini menjadi magnet yang kuat di media sosial yang tentunya membahayakan keutuhan bangsa.

“Permasalahan SARA sangat kuat untuk menjadi magnet perbincangan di media massa dan banyak segemennya. Ini tentunya membahayakan keutuhan bangsa,” jelasnya.

Selain itu, terkait dengan berita palsu atau hoax, Benny menjelaskan akan menimbulkan kepanikan dan menghancurkan kultur kemanusiaan sehingga harus dilawan dengan konten positif.

“Hoax menciptakan kepanikan, menghancurkan kultur kemanusiaan, dan menghilangkan harapan. Kita harus merebut ruang publik dengan konten positif. Jika ini terus menerus diisi maka perilaku positif akan terwujud,” pungkasnya.

Sebagai penutup Benny berpesan bahwa peran media sosial harus mampu memajukan peradaban dan menjaga moralitas publik.

“Peran ke depan media sosial harus mampu mewujudkan untuk memajukan peradaban bukan penghancur keadaban serta menjaga moralitas publik,” tutupnya. (Ryman)