Wawan Purwanto: Vandalisme dan Holiganisme Anarko Bukan Budaya Kita

oleh -
Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto. (Foto: Tempo.co)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Deputi VII Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto mengatakan bahwa demonstrasi tdak dilarang. Namun hendaknya tidak anarkis, apalagi jatuh korban baik jiwa maupun materi.

“Saudaraku sebangsa dan setanah air, jangan pernah berhenti mencintai republik ini. Demo tidak dilarang, namun jangan anarkis, apalagi jatuh korban baik korban jiwa maupun materi. Hindari demo yang sudah mengarah ke aksi lempar batu, apalagi berbuntut pada lempar bom molotov atau senjata tajam. Jika sudah ada yang seperti itu lebih baik berhenti dan menjauh, sebab keselamatan kita bisa terancam,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (13/10).

Wawan mengatakan, praktek rusuh dan huru hara bukan watak bangsa kita yang berperadaban adi luhung bangsa kita. Karena itu harus cegah jika ada ajakan ke arah situ. “Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Vandalisme dan holiganisme anarko bukan budaya kita,” ujarnya.

Pro kontra dalam sebuah peraturan perundang-undangan, kata Wawan, merupakan hal yang biasa. Hati boleh panas, namun kepala tetap dingin. “Tidak ada pemerintah yang ingin menyengsarakan rakyatnya. Pasti akan ada buah manis yang bakal dipetik dalam jangka menengah dan panjang,” katanya.

Karena itu, Wawan mengajak semua pihak agar memberi contoh dan teladan kearifan dan sikap bijak kepada generasi junior. Agar mereka tak meniru cara seniornya yang terkadang kurang pas dalam menyikapi sesuatu.

Demo yang tertib, kata Wawan, menunjukkan bahwa kita memiliki peradaban tinggi, saling menghargai dan ikuti konstitusi. Karena itu, jika ada perbedaan pendapat, maka harus dilakukan melalui proses judicial review yaitu via Mahkamah Konstitusi.

“Lakukan check, recheck dan crosscheck jika ada provokasi baik langsung maupun via medsos. Tanyakan kepada yang mengerti, jangan telan mentah. Jangan terjebak pada eforia dimana massa berkumpul maka emosi lebih menguasai ketimbang rasio. Begitu ada yang meneriakkan kata ‘serbu’ lantas ikut menyerbu, menjarah, merusak dan lain-lain dan akhirnya malah dijatuhi sanksi pidana,” ujarnya.

Wawan mengatakan agar semua pihak harus siap dengan perubahan. Sebab perubahan adalah keniscayaan. “Mari lukis negeri ini dengan torehan tinta emas dan prestasi, bukan dengan kerusakan dan caci maki anarki. Niscaya akan kita lalui semua ini dengan senyum keguyuban serta kebersamaan. Jangan jadikan demo menjadi cluster COVID-19 yang baru. Sudah cukup korban Covid berjatuhan, tak perlu ditambah lagi via cluster demo,” ujarnya.

Untuk para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, ormas dan OKP, Wawan meminta agar memberi literasi dan kesejukan kepada bangsa ini agar tetap memegang teguh persatuan dan kesatuan bangsa.

“Ada hitung mari kita hitung, ada rembug mari kita rembug. Niscaya kita menuju negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Amiin Ya Rabbal Alamin. Salam damai untuk bangsaku,” pungkasnya. (Ryman)