Yayasan Sekolah Katolik Palembang Gelar Sarasehan Kebangsaan

oleh -
Suasana sarasehan kebangsaan Sekolah Katolik Palembang

PALEMBANG-Lima Yayasan Pendidikan Katolik di Kota Palembang, Sumater Selatan, menggelar Sarasehan Kebangsaan dengan tema “Bersama Masyarakat Kami Mencintai Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika”, Rabu, (16/8).

Sarasehan ini digelar dalam rangka menyongsong HUT Ke-72 Republik Indoneisa. Kegiatan ini sendiri dihadiri tidak kurang dari 700 peserta yang merupakan pengurus dan sejumlah Pembina OSIS.

Kegiatan diawali dengan Misa konselebrasi yang dipimpin oleh Romo Y.A.M Fridho Mulya SCJ, Romo Vincentius Tri Atmojo, Romo Guido Suprapto, Romo Martinus Priyo Kuswardono, dan Romo In Haryanto SCJ.

Dalam kotbahnya, Romo Fridho berpesan kepada para peserta untuk senantiasa menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara dengan selalu bersungguh-sungguh mengamalkan Pancasila dan kehidupan berbhineka dalam kehidupan sehari-hari.

Kader Berkarakter

Dalam puncak acara sarasehan, panitia menghadirkan dua pembicara yaitu Romo Guido Suprapto yang merupakan Sekretaris Komisi Kerawam KWI. Ia memaparkan materi berjudul “Bangga sebagai Anak Indonesia”. Romo Prapto berulang kali menekankan pentingnya perasan bangga menjadi anak Indonesia. Karena kebanggan itu akan menular sekaligus membangkitkan rasa kebangsaan yang tinggi.

“Kalian harus bangga, sebagai anak Indonesia yang mewarisi nilia-nilai bangsa. Kalian tinggal di negeri yang makmur. Jadikanlah Pancasila sebagai dasar yang utama dalam berperilaku setiap harinya,” tegas Romo Prapto.

Sementara itu, pembicara kedua, Prasetyo Nurharjanto berharap, kesadaran berbela negara bisa tumbuh sejak dini. Prasetyo yang merupakan salah satu Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) mengajak kembali para pengurus OSIS SMP dan SMA tersebut untuk flash back melihat sejarah berdirinya bangsa Indonesia sejak Kerajaan Sriwijaya hingga saat kemerdekaan.

Prasetyo mengatakan, “Sudah menjadi takdir bahwa Indonesia menjadi bangsa yang heterogen. Sejarah mencatat bahwa Hindu, Cina, Arab dan Eropa secara berturut-turut mewarnai sejarah bangsa ini. Karenanya, kebhinekaan adalah keniscayaan sekaligus warisan yang tidak boleh dinodai dengan kegiatan-kegiatan intoleransi. Bahkan Palembang menjadi kota yang bersejarah karena pada saat Kerajaan Sriwijayalah, gagasan untuk menyatukan nusantara ini mulai muncul.”

Prasetyo yang pernah mengikuti pendidikan di Lemhannas RI ini mengajak para peserta untuk turut serta dalam kegiatan bela negara.

“Cara paling sederhana mengembangkan diri dalam mempersiapkan bela negara adalah dengan belajar berorganisasi”, ujar Pras.

Kegiatan sarasehan yang diselenggarakan oleh Yayasan Xaverius Palembang, Yayasan Mardi Wiyata, Yayasan Dharma Ibu, Yayasan Lembaga Miryan dan Yayasan St. Louis ini juga menampilkan pentas seni yang berasal dari seluruh sekolah yang berada di naungan yayasan-yayasan tersebut. Semua seni yang ditampilkan memuat unsur Pancasila.

Menurut Ketua Panitia, Albert Nur Ngaini S.Pd, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan rasa nasionalisme para peserta, khususnya pengurus OSIS untuk diteruskan kepada seluruh siswa dan teman-teman di lingkungan sekolahnya.