Umat Katolik Harus Implementasikan Langkah Paus

oleh -
Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI (FORKOMA). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM — Penandatanganan bersejarah deklarasi persaudaraan antara Vatikan dan Al Azhar  di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada pekan ini hendaknya segera diimplementasikan umat Katolik Indonesia. Deklarasi yang menyerukan perdamaian di antara negara, agama dan ras merupakan kebutuhan dunia yang menghargai harkat dan martabat manusia tanpa membedakan latar belakangnya.

Demikian ditegaskan oleh Hermawi Taslim, Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI (FORKOMA), menanggapi momentum bersejarah tersebut, di Jakarta, Kamis (07/02/2019).

Satu bagian penting yang menjadi otokritik  bagi  semua termasuk pemuka agama yang termuat dalam deklarasi berjudul “Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia Dan Hidup Bersama” yakni tentang “Tuhan Tidak Perlu Dibela” mengingatkan Hermawi Taslim terhadap artikel yang ditulis oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada waktu itu.

Menurut Hermawi Taslim, dalam tulisannya yang diterbitkan Majalah Tempo  pada 28 Juni 1982, Gus Dur memberi judul artikelnya persis seperti konten penting dalam deklarasi bersejarah  tersebut yakni, “Tuhan Tidak Perlu Dibela”. Hal tersebut menjelaskan, Gus Dur mempunyai visi ke depan terkait dengan perdamaian dunia. Pada waktu, Timur Tengah belum mengalami kehancuran seperti saat ini.

“Hampir 37 tahun kemudian, apa yang ditulis oleh Gus Dur sebagai suatu prediksi, analisa tajam atas perubahan dunia khusus di Timur Tengah terbukti setelah dunia melihat kehancuran senyatanya.  Mungkin pada waktu itu, banyak orang tidak menyukai bahkan marah atas apa yang ditulis oleh Gus Dur. Namun sekarang kita dapat melihat, intuisi tajam, jika tidak boleh disebut sebagai sifat propetik dari seorang Gus Dur, atas apa yang ditulis. Pada tahun itu, Timur Tengah termasuk Indonesia masih booming minyak, satu sama lain negara Timur Tengah saling membahu dan satu musuh bersamanya yakni Israel,” tegas Taslim, yang sebagian hidupnya turut mendampingi Gus Dur.

Hermawi Taslim melihat adanya korelasi kuat antara Deklarasi Abu Dhabi yang ditandangani Paus Fransiskus serta Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayyeb dan Nostra Aetate yang diterbitkan pada 28 Oktober 1965 oleh Vatikan.  Nostra Aetate adalah dokumen penting Konsili Vatikan II yang ditandatangani oleh Paus Paulus VI yang berisi tentang Hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama bukan Kristen.

Dalam dokumen Nostra Aetate itu, Paus mendorong seluruh kaum Kristiani dan Muslim untuk melupakan pertikaian dan permusuhan dari masa lalu dan bekerja sama untuk membela dan mengembangkan keadilan sosial bagi semua orang; nilai-nilai moral maupun perdamaian dan kebebasan.

Ketika perayaan 50 Tahun Dokumen Nostra Aetate di Universitas Gregoriana, Roma pada Otkober 2015 di mana Hermawi Taslim hadir di dalamnya bersama AM Putut Prabantoro (Ketua Gerakan Ekayastra Unmada – Semangat Satu Bangsa) sebagai utusan Indonesia, Vatikan mengadakan konferensi perdamaian internasional  di Universitas Gregoriana, Roma, Italia dengan pesan khusus melalui pemutaran film Nostra Aetate, The Leaven Of Good”.  Pesan yang ingin disampaikan adalah “agama boleh berbeda-beda, namun air mata penderitaan umat manusia tetap sama”. Oleh karena itu, adalah penting bagi para pemuka seluruh agama di dunia untuk bekerja sama membangun perdamaian dunia dan terus berupaya terciptanya kesejahteraan bagi umat manusia.

Hermawi Taslim juga mengingatkan umat Katolik harus memahami betul maksud Paus Fransiskus yang menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Imam Besar Al Azhar itu merupakan peringatan 800 tahun pertemuan antara Santo Fransiskus Asisi dan  Sultan al-Malik al Kāmil pada tahun 1219.

“Mengapa Paus yang sekarang menggunakan nama Fransiskus karena Paus sangat meneladani hidup Fransiskus (Asisi) yang merupakan santo perdamaian. Dan, Santo Fransiskus dalam hidupnya mengeluarkan satu doa yang sangat dikenal oleh umat Katolik.  Pesan dari doa itulah yang menurut saya harus disosialisaikan dan diimplementasikan oleh umat Katolik Indonesia,” ujarnya.

Oleh karenanya, masih menurut Hermawi Taslim, umat Katolik harus meletakkan pesan Deklarasi Abu Dhabi, Nostra Aetate serta pertemuan Santo Fransiskus Asisi dan Sultan Al-Malik dalam satu gerakan dengan  mengingat bahwa agama boleh berbeda, tetapi derita umat manusia tetap sama. Bagaimana umat Katolik membantu warga sekitar yang menderita merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya perwujudan perdamaian bangsa Indonesia. (Ryman)