AS Hikam: Pidato Prabowo Hanya Pemanasan Jelang Debat Pilpres Kamis Besok

oleh -
Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam. (Foto: ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM — Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam menilai pidato Kebangsaan Capres nomor 02, Prabowo Subianto pada Senin malam (14/1) cukup konsisten dengan apa yang selama ini menjadi “trade mark” kampanyenya yaitu kritis, lugas, dan menohok lawan politiknya.

“Model kampanye seperti itu tentu sangat menarik (appealing) bagi basis massa pendukung beliau, baik dari partainya sendiri (Gerindra) maupun dari luar,” ujarnya di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Kampanye model seperti ini, menurut Hikam, lebih berfungsi sebagai alat meyakinkan dan memperkuat dukungan dari basis massa, namun rada susah untuk menarik pemilih yang masih belum menentukan pilihan (swing voters), apalagi mengambil dari pendukung lawan.

Kampanye Donald Trump pada Pilpres 2016 di AS adalah contoh dari jenis ini. Daya tarik bagi basis massa pendukung Trump dari kalangan ultra konservatif Republikan dan kalangan pemilih kulit putih nonpartisan sangat besar. Namun sulit untuk menarik swing voters apalagi pendukung partai Demokrat serta pemilih kulit hitam, Hispanik, dan Asia.

“Perkiraan saya, Prabowo Subianto menggunakan kesempatan pidato tersebut terutama sebagi pemanasan (warming up) menghadapi acara debat capres pertama dan kampanye massa ke depan,” ujarnya.

Prabowo, kata Hikam, memilih gaya bicara yang meledak-ledak dan menunjukkan beda antara dirinya sebagai penantang dengan petahana. Strategi menampilkan kontras itu penting bagi Prabowo, karena hanya dengan membuat perbedaan yang menonjol maka alternatif bisa dikemukakan, ditawarkan, dan dipilih.

Tambahan pula, kata Hikam, Prabowo harus berhadapan dengan Presiden Joko Widodo sebagai petahana, dengan perolehan hasil survei yang menunjukkan elektabikitas lebih tinggi. Tanpa ada pembeda yang kuat, maka Prabowo-Sandiaga Uno akan lemah daya tawarnya di mata pemilih.

“Karena itu, pidato Prabowo pada Senin malam itu belum atau tidak mampu menampilkan kejelasan dalam bagian strategi dan program kongkrit untuk melaksanakan missi dan mencapai visi yang digariskannya. Missi reorientasi pembangunan dan tatakelola pemerintahan, misalnya, masih merupakan daftar keinginan, dan masih perlu elaborasi program. Ini yang perlu diisi dalam debat oleh Prabowo dan Sandi Uno,” ujar Hikam.

Karena target Prabowo terbatas kepada bagaimana menunjukkan perbedaan, kontras, dan posisi serta alternatif sebagai capres, maka masalah akurasi faktual menjadi terabaikan dan, bahkan akan berpotensi menjadi bahan kontroversi. Beberapa data yang dikemukakan Prabowo dalam pidato, pada hemat Hikam, masih perlu dicek akurasinya. Misalnya soal kebangkrutan BUMN, ketersediaan beras, hutang pemerintah, dan kemiskinan akut. Bahkan akurasi soal tahun berapa Thucydides hidup pun tidak akurat. Prabowo bilang filsuf dan sejarawan Yunani kuno itu hidup 50 tahun sebelum Masehi, padahal menurut sejarah dia hidup pada abad ke 4 dan ke 5 sebelum Masehi.

Jadi selain memperkuat soliditas dari basis pendukung paslon no 02, pidato Prabowo sejatinya masih belum substantif sebagai platform dan program kongkrit capres yang ditawarkan kepada rakyat.

“Slogan ‘Indonesia Menang’ , ‘Reorientasi Pembangunan’, bahkan ‘Berdikari’, dan lain-lain masih hanya terbatas pada slogan. Prabowo Subianto dan Sandi Uno serta para timsesnya perlu mengelaborasi lebih detil untuk menghadapi debat dan kampanye ke depan. Sebab petahana akan dengan mudah menjawab tudingan-tudingan Prabowo dengan berbagai fakta hasil kerja selama 4 tahun terakhir, kendati mungkin masih belum tercapai secara optimal,” pungkasnya. (Ryman)