CRT Walet Hitam: Misteri Kematian DR Azahari Dibuka

oleh -
Komjen Pol. Arif Wachjunadi

JAKARTA-Misteri kematian DR Azahari, tokoh teroris asal Malaysia yang tewas di Batu, Malang pada tahun 2005 setelah baku tembak dengan polisi pasukan terlatih lawan teror, dibuka.  Misteri itu terkuak dalam wawancara antara Andy “Kick Andy” F. Noya dan Komjen Pol. Arif Wachjunadi, Kamis (19/10).

Detik-detik tewasnya Dr Azahari, tokoh teroris yang sangat dicari pemerintah Malaysia dan Indonesia ini, termuat dalam buku  “Menguak Misteri Teroris DR. Azahari – MISI WALET HITAM 09.1105 – 15.45”, diterbitkan oleh Penerbit Kompas dan  ditulis Arif Wachjunadi.

Menurut Arif Wachjunadi, yang saat ini menjabat sebagai Sestama Lemhannas RI, misteri demi misteri seputar kehidupan dan sekaligus menjelang tewasnya Dr Azahari yang nama lengkapnya Azahari Bin Husin itu, terkuak setelah secara khusus dirinya mulai mewancarai para pelaku dan saksi terkait dengan aksi teroris di Indonesia terutamanya  yang berhubungan erat dengan sepak terjang Dr Azahari.

Azahari adalah tokoh sentral dan dipercaya sebagai dalang utama terjadinya Bom Bali Satu, yang terjadi pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 jiwa dan melukai 209 orang. Oleh karena itu, buku ini diawali dengan mewawancari para saksi dan pelaku Bom Bali Satu.

Setidaknya ada 12 pelaku utama Bom Bali Satu yang diceritakan oleh 6 orang yang masih ada sebagai saksi hidup. Mereka yang terlibat langsung antara lain adalah Mukhlas alis Ali Gufron, Abdul Goni, Mubarok, Imam Samudera, Ali Imron, Sawad, Umar Patek, Amrozi,  Idris dan Abdul “Dulmatin” Matin, Dr Azhari, Nurdin M Top.

Sebagian besar pelaku adalah lululsan Akademi Militer Afghanistran dari berbagai angkatan.  Azahari sendiri dikenal sebagai ahli bom kelas kakap yang pernal mengikuti kursus singkat militer di kamp militer milik Osama Bin Laden.

“Buku ini merupakan kisah the untold story dari tewasnya Azahari di Batu. Buku ini diberi judul Misi Walet Hitam karena penggerebegan dan pengepungan Azahari di Villa Flamboyan, batu Malang ini disebut sebagai tugas pertama yang nyata lawannya setara bagi kemampuan pendidiakan yang dilakukan TIM CRT (Crisis Responsive Team). Walet Hitam diangkat sebagia figur dalam buku ini karena TIM CRT inilah yang pada akhirnya menyudahi hidup dalang dibalik aksi-aksi terorisme di Indonesia sejak awal tahun 2000-an,” ujar Arif Wachjunadi.

Buku ini merupakan hasil wawancara dari para pelaku dan saksi hidup termasuk di dalamnya mantan Kapolri Dai Bachtiar, Komjen Pol (pur) Imam Sudjarwo, Komjen Pol (Pur) DR Ito Sumardi, Komjen Pol (Pur) Gories Mere, Irjen Pol (Pur) SY Wenas, Irjen Pol (Pur) I made Mangku Pastika, irjen Pol (pur) Bekto dan Irjen Pol (Pur) Budi Setiawan. Irjen Pol Carlo Brix Tewu, Irjen Pol Petrus Golose, Irjen Pol Idam Azis, Irjen Pol Syafeii, Brigjen Pol Martinus Hukom , Kombes Pol Ibnu Suhendr.

Tujuan dari buku ini, menurut Arif,  adalah mendokumentasikan sejarah penegakan hukum melawan terorisme di Indonesia. Selain itu, adalah buku “Misi Walet Hitam” ini merupakan sarana edukasi bagi generasi baru Indonesia tentang banyaknya ancaman yang terbuka terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Lebih jauh dijelaskan juga oleh Arif bahwa Crisis Responsive Team merupakam tim khusus yang dibentuk POLRI untuk menangani  keamanan dan gangguan masyarakat. Anggota Tim CRT tidak lebih dari 24 orang per angkatan.