GSA Serahkan Donasi Tahap I Bantuan Kemanusiaan Asmat Rp 600 Juta

oleh -
photo: dok channle-indonesia

JAKARTA-Gerakan Solidaritas Asmat (GSA) yang terdiri dari organisasi-organisasi Katolik, yaitu Forum Masyarakat Katolik Indonesia Keuskupan Agung Jakarta (FMKI KAJ), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) dan Pemuda Katolik (PK) yang juga bekerja sama dengan Profesional dan Usahawan Katolik (PUKAT), dan UNIKA Atma Jaya Jakarta, menyerahkan donasi tahap pertama kepada Keuskupan Agats.

Jumlah donasi tahap pertama periode 16/10/18 – 30/01/18 yang diserahkan langsung kepada Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM sejumlah Rp.600.702.545,00, bertempat di Perhimpunan Vincentius Jakarta, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa malam (30/01).

Penyerahan donasi ini dilakukan dalam pertemuan berbagi lembaga, organisasi, dan komunitas Katolik dengan agenda respon tanggap darurat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.

Lembaga Katolik yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: PPKA, PUKAT KAJ, FMKI KAJ, PP Pemuda Katolik, Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI), Karitas Indonesia (KARINA), UNIKA Atma Jaya Jakarta, Sie Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Katedral, WKRI, Yayasan Widya Cahaya Nusantara (YWCAN), dan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).

GSA ini telah memulai pengumpulan donasi sejak tanggal 16 Januari 2018 yang lalu. Jumlah donasi tahap pertama periode 16/10/18 – 30/01/18 yang diserahkan langsung kepada Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM sejumlah Rp.600.702.545,00.

Koordinator GSA Yulius Setiarto berharap agar donasi yang telah terkumpul ini dapat membantu masyarakat Asmat dalam menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan gizi buruk.

Dalam acara penyerahan donasi ini, Yulius Setiarto mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:.

Pertama, keprihatinan atas KLB campak dan gizi buruk di Asmat rupanya membangkitkan begitu banyak lembaga / ormas / komunitas untuk bergerak secara sukarela, bergotong royong, dan bersusah payah bersama untuk membantu Saudara-saudara di Asmat yang sedang mengalami penderitaan.
Kedua, komunikasi dan koordinasi yang sangat lancar, saling mengisi dan egaliter antar lembaga memudahkan kerja bersama ini. Yulius menangkap adanya ketulusan dari para peserta pertemuan.
Ketiga, bantuan dan uluran kasih dari berbagai pihak yang mengalir tiada henti dari berbagai tempat, baik pribadi maupun Komunitas-komunitas, di dalam negeri maupun di luar negeri, menunjukkan semangat solidaritas yang sesungguhnya sebagai sesama Warga Negara.

Sebagai langkah selanjutnya, dalam pertemuan ini dibentuk pula tim kerja tanggap darurat Asmat yang terdiri dari perwakilan lembaga / organisasi / komunitas yang hadir yang dikoordinir oleh Brunoto. Rapat koordinasi untuk perencanaan langkah dan stategi selanjutnya rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2018 mendatang.

“Makna sesungguhnya dari pertemuan malam ini adalah pertautan komitmen untuk meneruskan dan mengembangkan aksi-aksi konkret yang sudah dan sedang dirancang. Saya percaya, jejaring yang semalam dibentuk akan semakin berdaya guna untuk membantu masyarakat Asmat melewati masa-masa tanggap darurat ini,” tambah Yulius seperti dikutip dari www.channel-indonesia.com.

Sebelum pertemuan tersebut, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), salah satu anggota GSA, telah menyalurkan bantuan donasi kepada Keuskupan Agats sejumah Rp.50.000.000,00.

Dalam pertemuan ini, Mgr. Aloysius Murwito, OFM memaparkan kondisi Anak-anak di Asmat yang memang masih sangat memprihatinkan.

Hingga Desember 2017, menurut Mgr. Aloysius Murwito, OFM, terdapat 71 korban meninggal, yang didominasi oleh Anak-anak. Sebanyak kurang lebih 600 anak juga terserang campak dan gizi buruk.

Kini sekitar 75% Anak-anak telah dipulangkan ke rumah masing-masing dari Rumah Sakit Umum di Kabupaten Asmat. Letak pemukiman yang sulit dijangkau, pola hidup dan pengetahuan kesehatan yang amat minim, tingkat kelahiran yang tinggi, serta masyarakat yang cenderung tergantung pada bantuan tunai menjadi keprihatinan-keprihatinan yang makin menyulitkan keadaan di Asmat.

Mgr. Aloysius Murwito, OFM sangat berterima kasih untuk segala bantuan yang diberikan. Namun, masih sangat dibutuhkan bantuan dana dan relawan yang mampu mendampingi masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan dan pendidikan.