Intan Fauzi: Pemilu Minim Politik Gagasan, Politik Ide dan Politik Konstruktif

oleh -

JENDELANASIONAL.COM — Pelaksanaan Pilpres yang diikuti oleh 2 (dua) kandidat ini sungguh luar biasa. Ekspektasi masyarakat begitu tinggi hingga membuat perpolitikan di Indonesia menjadi hangat. Para kandidat bersama tim sukses masing-masing akan berlomba-lomba mencari dukungan pemilih, baik itu dari unsur tokoh politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, artis/seniman dan pemilih pemula (mahasiswa dan pelajar).

“Saya kira, Pemilu 2019 harus membawa angin segar serta perubahan bagi masa depan bangsa dan negara Indonesia. Karena sesungguhnya Pileg maupun Pilpres merupakan sarana atau instrument  mewartakan kegembiraan dan sukacita kepada seluruh anak bangsa akan hadirnya pemimpin yang menjadi pilihan masyarakat,” ujar Anggota DPR RI, Intan Fauzi, dalam diskusi di Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Intan mengatakan, sayangnya, menjelang perhelatan akbar nasional Pilpres 2019 kematangan demokrasi kita tengah diuji. Persatuan dan kesatuan anak bangsa semakin tergerus. Perbedaan haluan dan pilihan politik membuat hubungan antar anak bangsa terancam. Persekusi demi persekusi lahir akibat perbedaan tajam ini.

Padahal dalam iklim negara demokrasi, perbedaan politik merupakan hal yang wajar. “Tetapi fakta di lapangan sangat berbeda. Anak bangsa terpolarisasi sangat tajam dalam kekuatan yang berbeda. Yang satu mati-matian membela calonnya, tanpa memperdulikan kekurangan. Demikian juga sebaliknya,”ujarnya.

Ironisnya, pihak yang paling terdampak pada persaingan tak sehat yang bisa mengancam persatuan ini –baik disadari atau tidak– adalah seluruh rakyat Indonesia. Perbedaan pilihan calon seringkali membuat hubungan senjang di antara mereka bahkan menimbulkan permusuhan yang menafikan persaudaraan sesama anak bangsa.

Polemik dan konflik demikian, jika terus meruncing, kemudian masing-masing tidak bersikap dewasa untuk bisa meredamnya dan senantiasa mencari solusinya, maka tidak menutup kemungkinan yang rugi nantinya adalah seluruh bangsa Indonesia.

“Untuk itu, saya kira, kita perlu berhati-hati dan mewaspadai potensi munculnya politik pecah belah ini. Kita tentu tidak mau konflik yang ada di antara anak bangsa dibiarkan begitu saja sehingga akan ditunggangi oleh pihak ketiga. Dan saat ini, embrio dari politik pecah belah ini mulai terlihat meski masih samar-samar. Pola berpolitik sekarag ini dari kedua kubu yang cenderung membenturkan satu kelompok dengan kelompok lain,” ujarnya.

Ketua DPP PAN ini mengatakan, bekalangan muncul narasi radikal vs Pancasila, Muhammadiyah vs NU, Surga vs Neraka dll.  Semua ini narasi dikotomi yang memecah belah anak bangsa. Bahkan ada kecendrungan hukum dijadikan alat untuk menyandera lawan politik.

“Dan saya kira ini tidak sehat bagi perjalanan bangsa ini kedepan. Harus kita sadari bersama bahwa politik pecah belah akan selalu digunakan oleh bangsa lain agar kita terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil, sehingga kita lemah dan mudah dikalahkan,” ujarnya.

Untuk itu, Intan menyerukan rakyat Indonesia untuk bersama-sama menjaga pesta rakyat lima tahuan ini agar pilpres ini agar jangan sampai memicu perpecahan. Jadilah pemilih yang cerdas, jangan jadi pemilih yang emosional.

“Saya kira, semua anak bangsa wajib mensukseskan pemilu ini ditengah mimimnya politik gagasan, politik ide dan politik konstruktif. Hendaknya iklim demokrasi yang baik ini harus menjadi momentum yang harus kita jaga bersama, jangan sampai momentum yang sudah baik ini dihancurkan oleh pihak-pihak yang ingin menguasai Indonesia,” ujarnya.

Intan juga mengajak masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi, apalagi jika sudah saling membenci antar sesama kelompok. Jangan hanya karena pilpes atau pileg pada akhirnya kita bertikai antar sesama anak bangsa.

“Mari kita kuatkan kembali tekad kita dan mengenali musuh kita yang sebenarnya. Siapa yang berkepentingan di lingkaran elite sana untuk terus menciptakan polemik antar masyarakat. Yang pasti, koruptor masih tetap merajalela dan ada antek-antek asing yang terus berupaya memperlemah negara kita dan membiarkan Indonesia dimasuki oleh Neo imperialisme dan neokolonialisme asing,” pungkasnya. (Ryman)Inta