Karya Tya Subiakto Harumkan Nama Indonesia

oleh -
Tya Subiakto Satrio

JAKARTA-Mendapat kesempatan untuk menjadi nominasi sekaligus memenangkan piala di ajang penghargaan film internasional, Asia Pacific Film Festival (APFF) 2017, merupakan suatu hal yang membanggakan. Tidak hanya untuk sang pemenang, tetapi juga mengharumkan nama bangsa sendiri.

Sebagai salah satu pemenang nominasi Penata Musik Terbaik, Tya Subiakto Satrio (38), tidak menyangka bisa mendapatkan apresiasi yang tinggi dari ajang bergengsi.

“Saya sangat bersyukur. Di luar Indonesia ini adalah penghargaan pertama. Saya Alhamdulillah, saya takjub karena selama hidup saya, saya belum pernah mendapatkan piala Citra. Tapi saya bisa memenangkan ini (Penata Musik Terbaik APFF 2017). Itu menjadi sebuah hal yang tidak masuk akal dan di luar dugaan sekali. Ini memang hadiah dari Tuhan,” ungkapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (3/8).

Kesuksesan yang ia raih saat ini adalah bukan dengan cara yang instan, ia harus bekerja keras selama puluhan tahun sampai akhirnya bisa mendapatkan apresiasi di level Internasional. Ia menceritakan bagaimana awalnya ia tertarik menjadi komposer dan berusaha learning by doing dengan tekun.

“Ini adalah cita-cita saya sejak kelas tiga SD. Ketika saya menonton film E.T yang di konduktori oleh John William, saya langsung mengatakan kepada mamah saya, Someday I wanna be like him. Dari sanalah saya berkeras hati untuk menjalankan cita-cita saya ini,” cerita komposer musik Rudy Habibie ini.

Mendengar kabar gembira ini, ia pun mendapat pujian dari kedua anaknya, Muhammad Satrio Wibisono dan Srikandi Larasati. Namun, kesuksesan dalam karirnya ini pula tidak membuatnya memaksa kedua buah hati untuk mengikuti jalan hidupnya. Ia pun membebaskan anak-anaknya memilih apa yang mereka sukai.

“Saya tidak pernah memaksa anak saya untuk menjadi seorang musisi, atau komposer seperti saya. Semua itu tergantung dari hati. Apa yang kita cita-citakan ada resiko dan konsekuensi yang ditempuh. Saya selalu mengajarkan kepda anak-anak saya seperti itu. Contohnya, anak saya yang pertama tertarik dengan animasi karena basic-nya ayah saya adalah seorang sutradara iklan. Bahasa film itu tidak asing di keluarga, tapi saya tidak memaksakan juga,” ungkapnya.