Memaknai Sumpah Pemuda Indonesia Di Tengah Rusia

oleh -
Laurentius Raymond JR Pardamean Sihombing, S.H.,M.Sc.,Ph.D., Ketua Departemen Luar Negeri Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Berdiam di Moskow, Rusia. (Foto: Ist)

Oleh: Laurentius Raymond  JR Pardamean Sihombing, S.H.,M.Sc.,Ph.D.*)

JENDELANASIONAL.ID – Perkenankan saya bercerita tentang bagaimana saya memaknai Sumpah Pemuda dan memaknai Ke-Indonesia-an kita sebagai perantau dan diaspora Indonesia yang menetap di Rusia. Jauh dimata dekat dihati. Kalimat ini memang menjadi sangat aktual ketika berbicara tentang Indonesia dari sudut pandang diaspora Indonesia yang tinggal menetap di luar negeri.

Jarak yang jauh terbentang antara Jakarta dan Moskow buat sebagian besar diaspora Indonesia khususnya di Rusia selain semakin membuat kami (diaspora Indonesia di Rusia) cinta pada tanah air Indonesia juga semakin membuat banyak diaspora mulai merefleksikan keberadaannya sebagai “miniatur Indonesia” di negara tempat mereka menetap. Minimal ini yang saya rasakan sebagai diaspora Indonesia yang terdampar di Moskow, Ibu Kota Federasi Rusia.

Saya datang ke Rusia untuk melanjutkan studi magister dan doktoral dalam bidang hukum internasional (luar angkasa) kira-kira hampir limabelas tahun lalu ketika Rusia masih dalam era peralihan dari jaman “jahiliah” ketika Rusia baru saja berhasil bangkit menata diri dari keterpurukan pasca pecahnya Uni Soviet, ketika banyak generasi muda Rusia berbondong-bondong mencari cara untuk pergi keluar dari negara ini demi mencari kehidupan yang lebih baik dalam konteks pekerjaan.

Ketika itu, Rusia baru mulai menata perekonomian dan baru mulai melek persatuan. Saat itu, masih sedikit orang asing di kota Moskow dan karena itulah masih banyak orang Rusia yang belum terbiasa bersosialisasi dengan orang asing selain daripada orang Rusia atau orang dari negara pecahan Uni Soviet. Ini berpengaruh pada perlakuan yang kurang baik pada kami orang asing khususnya orang Indonesia yang merantau ke tanah beruang merah ini.

Kini Rusia sudah berubah jauh dari yang dulu ditinggalkan kaum mudanya karena tidak ada sumber pekerjaan dengan pendapatan yang layak, Orang Rusia sudah terbiasa bergaul dengan orang asing yang menetap di Rusia dan hidup bersama di Rusia. Rusia sudah berubah menjadi negara yang disegani karena keramahannya pada orang asing.

Selain itu, potensi dan sumberdaya alam terbesar di dunia membuat Rusia semakin menarik bagi orang asing. Ini sedikit banyak mengingatkan saya pada Indonesia yang juga memiliki banyak kesamaan dengan negara Rusia.

Indonesia memiliki wilayah terbesar diantara negara-negara asia tenggara. Bahkan sumber daya alamnya terbanyak diantara negara asia tenggara. Saat ini bahkan beberapa sumber daya alam yang dimiliki Indonesia banyak diincar di negara-negara eropa bukan hanya di Zsia. Di situlah saya melihat kesamaan Indonesia dengan Rusia.

Rusia dan Indonesia pun memiliki kesamaan dalam keberagaman suku, budaya, bahasa dan agama di masyarakat. Keberagaman dan toleransi antar suku dan agama di Rusia inilah yang kemudian menyadarkan banyak diaspora Indonesia untuk berbuat sesuatu meski jauh dari rodina (tanah air) Indonesia. Salah satu yang kemudian muncul adalah peran diaspora Indonesia di Rusia untuk menjadi “duta budaya dan bahasa” Indonesia di Rusia. Dari tahun ke tahun, jumlah diaspora Indonesia yang datang ke Rusia semakin bertambah seiring dengan meningkatnya popularitas Rusia di Indonesia beberapa tahun belakangan.

Sebagai orang Indonesia, kerap kami mendapatkan pertanyaan seperti, “seperti apa itu suku-suku di Indonesia?”, “bahasa Batak atau dialek Batak?” “mengapa bahasa Indonesia?”, “mengapa istilah Indonesia bukan Jawa, Batak, Sunda, dst..”. Dan dari tahun ke tahun, kami diaspora Indonesia di Rusia semakin sadar untuk mencari cara menjadi “marketing” yang baik bagi Indonesia untuk menjelaskan apa itu Indonesia, apa itu Bahasa Indonesia, apa itu Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian masyarakat di Indonesia.

Buat orang Rusia, setiap orang Indonesia yang ada di Rusia adalah miniatur Indonesia tempat mereka bisa bertanya dan menggali informasi tentang Indonesia sebanyak yang mereka inginkan. Dan hal ini kemudian jadi memaksa banyak orang Indonesia disini untuk berbuat sesuatu demi memperkenalkan Indonesia yang majemuk, multietnis, budaya, dan multikeimanan.

 

Asosiasi Persahabatan Rusia – Indonesia: Menghidupkan Kembali Mimpi Bung Karno 

Pada akhir Juni 2022 lalu Presiden Joko Widodo mengunjungi Rusia bertemu dengan Presiden Putin dalam misi perdamaian serta misi ketahanan pangan dunia. Berkat kunjungan tersebut, beberapa orang Rusia yang berasal dari generasi Soviet dan generasi Rusia berkumpul di gedung Dewan Federasi Ruang Asosiasi Kerjasama Internasional Rusia untuk menginisiasi dan menghidupkan kembali Asosiasi Persahabatan Soviet dengan Indonesia yang dulu digagas oleh salah satunya Presiden Pertama Indonesia yaitu Ir.Sukarno. Asosiasi ini pada bulan Agustus 2022 resmi terdaftar sebagai salah satu badan hukum kemasyarakatan resmi di Rusia.

Asosiasi ini dibentuk kembali semata-mata sebagai reaksi gembira masyarakat Rusia yang ingin mengembalikan kemesraan hubungan persahabatan yang dulu pernah dicita-citakan oleh pemimpin dua negara besar kita. Mengapa “dibentuk kembali”? Karena asosiasi yang lama yang didirikan pada 1964 setelah pergantian rezim di Indonesia menjadi redup dan tidak menghasilkan apapun bagi kedua negara.

Dalam deklarasi dan akta pendirian beruntunglah bahwa saya menjadi satu-satunya orang Indonesia yang hadir dan ikut menandatangani akta pendirian organisasi (asosiasi)  tersebut mewakili diaspora Indonesia di seluruh Rusia. Ke  depannya, akan banyak masuk diaspora Indonesia lainnya yang ada di Rusia ke dalam asosiasi ini.

Ada harapan dan cita-cita saya yakni meneruskan niat baik Bung Karno untuk memperkenalkan budaya, bahasa, keramahtamahan dan ke-Indonesia-an lainnya yang kita miliki di Indonesia bagi rakyat Rusia.

Asosiasi ini memulai pekerjaannya dengan pembentukan komisi pertukaran budaya yang sampai saat ini telah merencanakan beberapa program kerja seperti misi pertukaran budaya seperti peletakan batu pertama pembangunan Rumah Indonesia di Moskow (Moscow Region) yang sepenuhnya didanai oleh beberapa pengusaha Rusia yang sangat tertarik dengan Indonesia, serta peningkatan kerjasama bidang pendidikan antara lembaga pendidikan di Rusia dengan lembaga pendidikan di Indonesia misalnya dalam program pengajaran bahasa rusia bagi orang I|ndonesia dan pengajaran bahasa Indonesia bagi orang Rusia dimanapun berada.

Masih banyak lagi program kerja terkait, dan kerja yang masih terus berlanjut dalam rangka melebarkan sayap dan mempopulerkan Asosiasi Persahabatan ini di dua negara. Di Asosiasi Persahabatan Rusia dengan Indonesia inilah kemudian saya banyak berefleksi tentang memaknai ke-Indonesia-an kami sebagai diaspora Indonesia yang merantau di Rusia. Di tempat inilah, bisa kita tunjukkan Indonesia dan semua hal terkait Indonesia. Tentu dimulai dari yang sederhana yakni: bahasa dan keramahan ala Indonesia.

Asosiasi ini mengedepankan prinsip “People to People diplomacy”. Dan prinsip ini menurut banyak orang lebih efektif dalam mendekatkan hubungan kedua negara. Disinilah saya bertemu banyak orang Rusia yang menyatakan kagum pada Indonesia yang dalam beberapa hal menginspirasi banyak orang Rusia. Dan ini membuat saya semakin mantap dan yakin berada dalam organisasi masyarakat ini.

Diaspora Indonesia di Rusia kemudian menjadi tempat bertanya, tempat berkonsultasi tentang segala hal terkait Indonesia. Akibatnya, saya pribadi semakin giat berusaha lebih banyak lagi belajar tentang daerah-daerah di Indonesia yang sebelumnya tidak banyak saya ketahui. Lebih banyak lagi tentang etnis, suku dan bahkan kebiasaan di daerah-daerah diluar Jakarta, Bali, Jogjakarta, Medan, Surabaya, daerah-daerah yang sudah banyak diketahui di Rusia. Semakin banyak daerah yang saya dalami, semakin bertambah kecintaan saya terhadap daerah-daerah itu. Bukankah memang mencintai Indonesia juga berarti mencintai setiap detil wilayah dan keunikan yang ada di Indonesia?

Mencintai Indonesia yang berada jauh ribuan kilometer dari tanah perantauan Rusia menjadi terasa lebih bermakna ketika saya menggunakan bahasa Indonesia dan mengajarkan bahasa Indonesia bagi banyak orang di Rusia. Mencintai persatuan Indonesia terasa lebih mudah ketika kami diaspora Indonesia di Rusia merayakan kebersamaan sebagai warga negara Indonesia di Rusia dalam berbagai acara-acara bertemakan Indonesia bersama orang Rusia yang mencintai Indonesia atau yang disini kita sebut sebagai “Indonesianis”.

Kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia besar, majemuk dan bersahabat kemudian jadi lebih terasa ketika saya merayakan berbagai perayaan kenegaran besar Indonesia atau perayaan besar Rusia disini bersama dengan sahabat-sahabat Indonesia. Semangat Sumpah Pemuda bagi Indonesia.!

*) Ketua Departemen Luar Negeri Presidium  Pusat  Ikatan  Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Berdiam  di Moskow, Rusia