Tangkal Radikalisme, BNPT Gandeng FKPT DKI Gelar Pelatihan Literasi Media

oleh -
Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol.Ir Hamli

JAKARTA-Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta menggelar pelatihan kepada berbagai stakeholder di DKI Jakarta guna menangkal Radikalisme dan terorisme di DKI Jakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya preventif memitigasi pengaruh radakalisme dan terorisme di Indonesia.

Dalam sambutannya, Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol.Ir Hamli mengatakan ada tiga ancaman serius yang dihadapi Negara saat ini, yakni terorisme, narkotika dan korupsi.

Terorisme, menurutnya, menjadi salah satu problem serius karena anggota ISIS sudah banyak yang disuruh kembali ke negaranya masing-masing dengan membawa misi yang sama yakni menyerang Negaranya masing-masing.

“Mereka termasuk kelompok yang susah untuk dlacak pergerakannya. Tiba-tiba saja sudah terjadi bom. Dan ini sangat yang berbahaya,”ujarnya dalam sambutanya disela-sela seminar dengan tema “Literasi Media Sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Tengah Masyarakat di Jakarta (20/09).

Selanjutnya Hamli menjelaskan untuk menangkal gerakan radikal dan terorisme seperti ini butuh kerja sama semua pihak. Apalagi, menurut hasil penelitian UI kerja sama dengan Polri sebagian besar kelompok ini terjebak dalam pemahaman yang salah tentang agama.

“Jadi 45 persen responden salah paham tentang ajaran agamanya. 20 persen karena solidaritas komunal. Artinya kalau di satu tempat ada konflik dan ada yang meninggal maka semua ramai-ramai ingin membantu dan berangkat ke tempat konflik tersebut. Seperti kasus Rohinya, Poso, Palestina dll. Dan itu jadi factor pemicu.  19 persen karena momentality, ikut-ikutan. 10 persen karena balas dendam. Dan yang paling kecil, 1,9 persen adalah separatisme,” terangnya.

Jika merujuk pada hasil penelitian ini maka fungsi penerangan menjadi elemen penting dalam menangkal radikalismen dan terorisme ini. Misalnya penjelasan soal jihad. Dalam pemahaman yang sempit Jihad artinya cuma perang.

“Itu saja. Justru ini yang salah. Perlu penjelasan dan pemahaman yang benar tentang jihad,”ujarnya.

Makanya, tegasnya lagi, menjadi penting para ulama dan tokoh masyarakat untuk menjelaskan yang benar kepada kelompok yang pemahanannya salah yang jumlahnya mencapai 45 persen. Dan justru yang keliru-keliru ini yang paling kencang dishare di medsos belakangan ini.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syahiful Hidayat dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kesbangpol DKI Jakarta mengatakan penguatan literasi media sangat penting dilakukan kepada seluruh masyarakat dan stakeholder lainnya untuk mencegah propaganda kelompok radikal melalui berita bohong yang sudah meresahkan masyarakat dan aparat.

“Dengan penguatan literasi media seperit ini diharapkan masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh kelompok-kelompok radikal ini melalui berita-berita Hoax dan konten-konten lainnya,”ujarnya.

Selanjutnya Djarot menjelaskan, yang tidak kalah pentingnya adalah peran aktif dan sinergitas seluruh potensi masyarakat, bersama pemerintah, BNPT, FKPT dan media literasi lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap munculnya perkembangan terorisme. Tanpa ada dukungan dari berbagai pihak sulit untuk memberantas aksi terorisme  di DKI Jakarta,” ujarnya.

Penasihat Senior Divisi Riset Psikologi Sosial Terapan (DASPR) UI, Nasir Abas  mengatakan untuk menangkal radikalisme dan terorisme perlu budaya kepo. Perlu sikap kritis dan tanya banyak kepada pihak-pihak yang berkompeten seperti para ustad. “Dalam istilah sekarang kita semua perlu budaya kepo. Dengan kepo kita semakin kritis,  kita klarifikasi dan dengannya tidak mudah terprovokasi,”ujarnya.

Sedangkan Kepala Bidang Pemberdayaan Media Masa, Humas dan Sosialisasi FKPT, Sirilus Ida dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan agar semua peserta bisa mencegah berkembangnya paham radikal di lingkungan masing-masing dengan berbagai latar belakang profesi.

Apalagi, lanjut Sirilus, demikian ia biasa disapa, menurut hasil penelitian, 1dari 10 kaum muda di DKI Jakarta simpatisan ISIS dan penganut paham radikal. Untuk mencegah beredarnya paham radikal maka semua pihak perlu tingkatan terus pemahaman kebangsaannya melalui kegiatan literasi seperti ini. “Mudah-mudahan dengan ikut kegiatan ini peserta bisa menjaga NKRI dengan caranya masing-masing,”ujarnya.

Hadir dalam acara ini perwakilan Kewaspadaan Dini Masyarakat dari 5 wilayah DKI Jakarta, Pers Mahasiswa, beberapa jurnalis dari media cyber, Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan TNI,Polri