Uskup Agung Jakarta Kenalkan Rosario Merah Putih

oleh -
Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo (tengah) memegang rosario merah putih di Gereja Katedral Jakarta, Senin (25/12)/photo dok kompas

JAKARTA-Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengajak masyarakat merawat ingatan atas tiga peristiwa terkait nasionalisme. Ajakan itu sebagai upaya untuk mencegah adanya upaya perpecahan bangsa Indonesia.

Adapun tiga peristiwa yang dimaksud Sunaryo adalah Hari Kebangkitan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, dan Hari Proklamasi. Ia melihat ketiga peristiwa sejarah itu sebagai kesepakatan pendiri bangsa yang mendasari berdirinya negara Indonesia.

“Mari kita merawat ingatan bersama, sebab kalau ingatan tidak dirawat kita akan lupa akan sejarah kita atau tidak tahu bahwa bangsa kita pernah mengalami sejarah itu,” ujar Suharyo dalam jumpa pers di Katedral, Jakarta, Senin (25/12).

Suharyo menyebut Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908 sebagai awal mula perjuangan. Sementara Sumpah Pemuda, yang diperingati setiap 28 Oktober, merupakan peneguh keyakinan persatuan bangsa. Salah satu dari kesepakatan para pemuda tersebut, kata Suharyo, dirumuskan dalam pertemuan di Gedung Pemuda Katolik yang dulu berada di belakang Gereja Katedral.

Menyerap Nilai Kebangsaan

Suharyo yang memimpin misa Pontifikal pada pagi tadi pun memperlihatkan cara Katedral menyerap identitas bangsa ke dalam tradisi gereja. Salah satunya adalah rosario merah putih yang selalu dibawanya.

” Ini adalah sarana doa untuk kami umat katolik. Hampir semua katolik mempunyai rosario, tetapi warnanya tidak merah putih,” ujarnya.

Rosario atau tasbih yang dipakai umat Katolik untuk beribadah, lazimnya tak berwarna merah putih.

Namun Suharyo mengatakan rosario yang ada pada dirinya istimewa. Rosario tersebut, katanya sengaja dibuat berwarna merah putih sebagai simbol pengingat.

“Supaya umat Katolik kalau berdoa dengan Rosario ini tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri tapi juga untuk nusa bangsa,” ujarnya.

Dari penuturan Suharyo, rosario merah putih itu tak hanya bisa ditemukan di Keuskupan Agung Jakarta, tapi juga di gereja-gereja di seluruh Indonesia.

Di samping penggunaan rosario merah putih, Keuskupan Agung Jakarta punya simbol nasionalisme lain yang beredar di lingkungan gereja. Salah satunya adalah logo Garuda Pancasila di halaman pintu samping Katedral, dan penggambaran Bunda Maria dengan wajah non-Eropa serta pakaian bergambar Garuda

Tujuan dibuatnya rosario merah putih ini agar umat katolik tidak berdoa untuk diri mereka sendiri setiap kali menggunakan rosario. Mereka sekaligus berdoa demi kebaikan bangsa Indonesia.

Ignatius menunjukkan rosario merah putih yang dia maksud. Batu-batu berwarna merah dan putih saling menyambung hingga menyerupai kalung.

Selain itu, Keuskupan Agung Jakarta juga memiliki versi gambar lain sosok Bunda Maria. Ignatius menggambarkan di dada Bunda Maria terdapat lambang garuda Pancasila dan mengenakan selubung merah putih. Tema Pancasila dan kebhinekaan memang menjadi pesan Natal Keuskupan Agung Jakarta tahun ini.

Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menilai ada ancaman-ancaman persatuan di Indonesia. Umat katolik diingatkan untuk menjaga persatuan di tengah-tengah mereka. Menggunakan rosario merah putih hanyalah salah satu gerakan Keuskupan Agung Jakarta untuk menjaga persatuan itu.

“Hasil (gerakannya) seperti apa untuk sementara kami tidak merasa itu penting,” kata Ignatius.

“Tapi bahwa ada usaha untuk sungguh sungguh menerjemahkan pesan natal untuk konteks yang dirumuskan persekutuan gereja-gereja Indonesia ini menurut keyakinan Keuskupan Agung Jakarta sudah lumayan memadai,” pungkasnya.