Sekat Agama Makin Tidak Relevan

oleh -
Menteri ESDM Ignasius Jonan
Menteri ESDM Ignasius Jonan (Foto: @jepretkaks)

Oleh: Benny Sabdo

Pemimpin seyogyanya tak menjadikan agama sebagai sekat. Agama sejatinya sebagai suluh inspirasi untuk membangun bangsa. Ignasius Jonan tidak hanya menebarkan toleransi via kata-kata, tetapi memberi contoh dalam hidup keseharian.

Pemandangan di Masjid Jam’iyyatul Iman, Tebet, Jakarta Selatan, pada pertengahan Oktober 2017 lalu menjadi berbeda. Menteri Energi Sumber Daya Mineral RI Ignasius Jonan turut serta bersih-bersih rumah ibadah bersama para aktivis pemuda lintas agama.

Rombongan Jonan bersama aktivis pemuda lintas agama tersebut, dimulai dari Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Menteng, Jakarta Pusat, dengan menggunakan motor vespa. Jonan dibonceng oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Tatkala tiba di lokasi, Jonan turut terlibat membersihkan tempat wudhu dan toilet Masjid Jam’iyyatul Iman, Tebet, Jakarta Selatan tersebut. Setelah membersihkan masjid, Jonan menyempatkan diri menjadi pelayan ‘Warung Dhuafa’ milik Pemuda Muhammadiyah. Di warung tersebut, masyarakat miskin diberikan makan siang gratis. Jonan begitu antusias melayani warga sekitar masjid pada siang itu.

Menebarkan Toleransi

Sebelumnya Jonan memposting foto dengan seorang perempuan muda yang mengenakan hijab syar’i di media sosial pada 7 Mei 2017. Perempuan dengan hijab warna hitam itu ternyata bernama Desi Fatmawati, istri dari adik kandung Jonan bernama Muhammad Yusuf. Foto tersebut meraup 1.710.426 viewers, lebih 63.000 likes, lebih 29.000 shares, dan lebih 2.000 komentar. Meski adiknya beragama Islam, Jonan tetap menjaga hubungan baik dengan sang adik.

Jonan adalah seorang penganut agama Katolik. Namun ia tidak pernah merasa risih berinteraksi dengan semua kalangan, tanpa memandang latar belakang agama. Jonan memiliki enam saudara, selain ada Yusuf yang muslim, ada juga adik perempuannya yang menganut Hindu.

“Kebhinekaan sebagai keniscayaan. Di dalam keluarga tidak perlu harus ribut dan bermusuhan, sekat agama makin tidak relevan di masa depan,” tegasnya.

Bekerja untuk kebaikan orang lain adalah ibadah yang amat mulia. Ignasius Jonan merupakan satu-satunya orang Katolik yang masuk jajaran Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut kesaksian anggota Komisi VII DPR RI Muhktar Tompo, bukti-bukti sikap toleransi Jonan tidak sampai di situ saja. “Ketika saya menemaninya meninjau proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, ia membuat saya terhenyak kagum,” tuturnya.

Saat Jonan memberikan sambutan di lokasi PLTB sekitar pukul 15.00 WITA, tiba-tiba ia berhenti dan menyampaikan permohonan maaf, Muhktar Tompo dan segenap hadirin agak heran mengapa Jonan menghentikan sambutan. Rupanya, sayup-sayup terdengar suara azan, nun jauh dari mushola petani kebun.
Padahal lokasi mereka, jauh dari pemukiman masyarakat. Seluruh hadirin pun sontak khidmat mendengarkan lantunan adzan.

“Sulit dibayangkan, seorang Katolik memiliki kepekaan dan penghargaan yang begitu tinggi bagi kami yang beragama Islam. Bahkan, kepekaan itu pun mungkin jarang dimiliki oleh pejabat muslim sekali pun,” puji Muhktar Tompo.

Jonan tidak merasa minder atau merasa menjadi minoritas meski memeluk agama Katolik. Menurutnya, sebagai anak bangsa yang menganut ideologi Pancasila, dirinya tidak melihat perbedaan agama menjadi hal yang membuatnya menjadi seorang minoritas. Apalagi dirinya merupakan satu-satunya menteri beragama Katolik.

Sebagai anak bangsa, Jonan tidak pernah merasa sebagai minoritas. Baginya, Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Lebih lanjut, ia menjelaskan Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi dan landasan hidup berbangsa dan bernegara. Dalam pandangan Jonan, keyakinan adalah persoalan personal, namun dalam membangun bangsa harus dilakukan secara bersama-sama, tanpa sekat-sekat SARA.

Di masa-masa mendatang, Indonesia membutuhkan sosok-sosok pemimpin seperti Jonan. Pemimpin yang tak menjadikan agama sebagai sekat, melainkan agama sebagai suluh inspirasi untuk bergandengan tangan dengan berbagai komponen lainnya, demi membangun bangsa. Jonan bukan hanya menebarkan toleransi lewat kata-kata, melainkan memberikan contoh dalam perilaku keseharian.

Ignasius Jonan dan Hargo Mandirahardjo
Ignasius Jonan dan Ketua ISKA Hargo Mandirahardjo (Foto: @jepretkaks)

Kiprahnya dalam membenahi PT Kereta Api Indonesia (KAI), membuat Jonan dipercaya Presiden Jokowi menjadi Menteri Perhubungan RI. Prestasi dan etos kerja yang baik dari Jonan ini sempat membuat heboh di sosial media, tatkala dirinya masih menjabat sebagai direktur utama PT KAI. Kini Jonan dipercaya Presiden Jokowi untuk mengemban amanah sebagai Menteri ESDM RI.

Jiwa “Bonek”

Melihat gaya Jonan memang “bonek” khas arek Surabaya. Ia bukanlah sosok yang bisa ditawar-tawar, digoyang-goyang, apalagi dirayu-rayu untuk dimanipulasi. Secara personal Jonan adalah sosok yang berani mengambil risiko. Bisa dikatakan ia menyandang triple minority baik dari sisi suku, agama, maupun statusnya sebagai profesional, bukan orang partai politik. Tetapi ia mengatasi hal itu dengan bekerja keras, profesional, dan tanpa kepentingan apa pun, selain demi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jonan adalah sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Jusuf Jonan, seorang pengusaha asal Surabaya yang mengawali harinya dengan mengikuti perayaan Ekaristi harian. Ibunya, putri seorang pejabat tinggi Singapura. Jonan melewati masa kecilnya hingga usia 10 tahun di Singapura. Kemudian ia pindah ke Surabaya.

Alumnus SMA St Louis Surabaya itu sudah keliatan kalau dirinya memiliki kelebihan dibanding teman-teman segenerasinya. Jonan memiliki sesuatu yang menunjukkan dirinya lebih kreatif dari yang lain. ia bukan termasuk anak manis, tetapi tidak nakal juga. Lahir di Singapura pada 21 Juni 1963, Jonan adalah lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Airlangga Surabaya. Kemudian, ia melanjutkan studi International Relations and Affairs di Fletcher School, Tufts University, Amerika Serikat, dan Harvard Law School, Amerika Serikat dan Columbia University.

Pada awalnya Jonan merintis karir di bidang lain, sebelum berkiprah di bidang pemerintahan. Ia menjabat sebagai Direktur Citibank/Citigroup dari tahun 1999 hingga 2001, kemudian mengampu jabatan selaku Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dari tahun 2001 hingga 2006 dan berlanjut sebagai Managing Director hingga 2009.

Jonan memiliki karir yang sukses di bidang keuangan. Selanjutnya, ia masuk PT KAI di era Menteri BUMN Sofyan Djalil. PT KAI saat itu memang sedang mengalami banyak masalah. Problem ke dalam kondisi perusahaan yang sedang merugi dan banyak masalah. Sedangkan, problem ke luar Jonan menghadapi tuntutan publik yang menginginkan transportasi massal lebih baik.

Upaya Jonan mendatangkan keuntungan bagi kereta api. Gebrakan yang dilakukan Jonan membuahkan hasil. Terbukti, sejak 2000 sampai 2002, total pendapatan PT KAI mencapai Rp 5,73 triliun. Pada 2011, dalam setahun angka Rp 6,3 triliun dapat ditembus.

Jonan memiliki keyakinan, jika seseorang mau mengubah sesuatu, ia harus yakin dapat melakukannya. Keyakinan itu terus dipegangnya hingga sekarang. Jonan perlahan-lahan membenahi permasalahan yang muncul dalam organisasi yang dipimpinnya. Berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar, ia coba atasi.

Jonan juga pernah melaporkan gratifikasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berupa polis asuransi siaga MNC life insurance senilai 250 juta rupiah. Jonan menyebutkan bahwa polis yang diterimanya adalah penghargaan sebagai “Tokoh Fenomenal” pada Anugerah Seputar Indonesia tahun 2014. Sikap Jonan ini telah diapresiasi KPK melalui juru bicaranya Johan Budi saat itu. Johan mengimbau agar para penyelenggara negara lain untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh Jonan.

Ignasius Jonan
Ignasius Jonan (Foto: @jepretkaks)

Biodata

Nama : Ignasius Jonan
Lahir : Singapura, 21 Juni 1963
Istri : Ratnawati Jonan
Anak :
• Monica Jonan
• Caterine Jonan

Pendidikan:
• S1 Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya (1986)
• S2 International Relations and Affairs, Fletcher School of Law and Diplomacy, Amerika Serikat (2005)
• S2 Harvard Law School, Amerika Serikat dan Columbia University

Pekerjaan:
• Direktur Utama PT (Persero) Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia (2001-2006)
• Direktur Citibank/Citigrup (2006-2009)
• Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (2009-2014)
• Menteri Perhubungan Republik Indonesia (2014-2016)
• Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (2016-sekarang)

Penghargaan:
• CEO Inovatif Terbaik pada ajang Anugerah BUMN (2012)
• Penghargaan kategori Golden Action Harian Rakyat Merdeka (2013)
• Penghargaan Tokoh Fenomenal pada Anugerah Seputar Indonesia (2014)

Penulis adalah Dewan Redaksi Jendela Nasional