NII Ingin Gulingkan Pemerintah, Ken Setiawan: Akibat Lemahnya Regulasi

oleh -
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan. (Foto: ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang anti terhadap Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tengah menjadi sorotan. Bahkan dari serangkaian penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian, NII diketahui ingin menggulingkan pemerintahan yang sah dibawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024.

Kondisi ini terjadi disebabkan negara belum mempunyai regulasi untuk melarang ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI.

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mengatakan fenomena NII yang menimbulkan kegaduhan publik sebagai bagian dari lemahnya regulasi yang melarang ideologi anti Pancasila dan NKRI.

“Butuh ketegasan dari pemerintah supaya virus ini tidak menjalar sehingga harus dipotong dan dipangkas. Siapa yang mengatakan bahwa akan mengganti Pancasila dengan ideologi lain itu harus bisa dipidanakan. Harus ada undang-undang yang jelas supaya bisa menjaga masyarakat bangsa ini agar lebih baik,” ujar Ken Setiawan di Jakarta, Kamis (21/4/2022).

Ken melanjutkan, tanpa regulasi yang tegas, gerakan NII dikhawatirkan menjadi ancaman besar bagi negara ke depan. Pasalnya, kelompok ini terus bergerak dan bertaqiyyah menyusun rencana untuk menimbulkan kekacauan di tengah masyarakat sebagai strategi menjaring simpati dan dukungan.

“Kami mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang betul-betul melindungi Pancasila dari serangan ideologi apapun. Kalau tidak, bisa bahaya buat negara kita ini sendiri. Pemerintah harus tegas untuk membuat undang-undang tersebut,” tegasnya.

Ken juga memaparkan bahwa gerakan NII yang selama ini dianggap telah tiada. Tetapi kenyataanya hari ini, NII masih muncul dan masih eksis serta tumbuh subur di tengah kehidupan masyarakat, bahkan dengan membawa agenda kudeta pemerintah sebelum 2024.

“Gerakan NII ini tidak akan pernah berhenti dan tidak akan pernah surut. Permasalahannya adalah ketika masyarakat tidak menganggap NII ini bahaya, bahkan sebagian masyarakat lagi menganggap NII ini sudah tidak ada,” tuturnya.

Ken mengungkapkan bahwa kelengahan masyarakat akan menguntungkan kelompok NII tersebut. Mereka bisa menyembunyikan jati dirinya, mampu membaur di masyarakat, serta menjadikan ideologi NII mudah disebar dimana-mana.

“NII ini kan dia pintar, dia cenderung untuk menyembunyikan jati diri, pintar membaur dengan masyarakat lewat gerakan-gerakan sosial juga. Kelihatannya bagus membantu masyarakat, tetapi ini adalah virus yang butuh vaksin,” ucap Ken.

 

Berkolaborasi dengan Kelompok Transnasional

Berdasarkan pantauannya, Ken menyebutkan bahwa NII yang awalnya merupakan gerakan lokal, kini sudah mulai menunjukkan afiliasinya dengan gerakan transnasional yang sama-sama ingin menggoyahkan tanah air dan mengganti ideologi Pancasila dengan sistem agama yang mereka yakini.

“Ancaman faktual hari ini menurut saya antara lokal dengan transnasional bergabung menjadi satu. Karena NII yang tadinya gerakan di bawah tanah muncul dengan nama baru, mendekati konsep-konsep hijrah bahkan Khilafah. Kolaborasi antara NII dan Ikhwanul Muslimin contohnya, ini menjadi ancaman,” terang Ken.

Tidak hanya percepatan pembuatan regulasi, Ken juga berharap adanya penguatan daya tangkal masyarakat dari ideologi maupun propaganda kelompok radikal, baik oleh pemerintah maupun tokoh agama, tokoh masyarakat serta stakeholder lainnya.

“Perlu lebih kencang lagi untuk menjelaskan bagaimana konsep harmoni dan kebhinekaan seperti yang didengungkan BNPT (Badan Nasional Penaggulangan Terorisme), lalu perlu sekali sosialisasi sampai ke bawah agar masyarakat mendapatkan informasi-informasi tentang propaganda kelompok radikalisme yang mengatasnamakan agama,” paparnya.

Sebagai mantan anggota NII, Ken berpean agar masyarakat untuk peka dan mewaspadai gerakan radikalisme dan senantiasa membiasakan diri untuk tidak menerima berita hoax yang beredar di dunia maya.

“Kita harus berani anti-radikalisme, maka jangan kasih ruang, jangan kasih kesempatan dan jangan kasih panggung untuk mereka yang membuat propaganda untuk benci kepada pemerintah. Serta jangan sampai kita menjadi korban hoax atau menjadi pelaku,” katanya.

Tidak hanya terhadap masyarakat yang belum terpapar, namun Ken juga menyampaikan pesannya untuk masyarakat yang memiliki kerabat maupun saudara yang terindikasi terpapar dan terbaiat oleh gerakan NII maupun kelompok radikal lainnya untuk bisa mengevaluasi dan berpikir kritis bahwa agama harus menjadi rahmat bagi pemeluknya.

“Untuk masyarakat yang sudah terpapar atau terbai’at dengan ideologi radikalisme, mari kita berdialog. Mari kita evaluasi dan kritis. Jangan sampai kita taqlid atau buta terhadap fenomena pimpinan kita yang harus kita taati sepenuhnya. Karena sejatinya Islam itu rahmatan lil alamin,” tandasnya. ***