Paus Fransiskus: Tuhan Mencintai Semua Orang, Bahkan yang Terburuk Sekalipun

oleh -
Paus Fransiskus dalam Perayaan Malam Natal di Basilica Santo Petrus, Vatikan. (Foto: AFP)

Vatikan, JENDELANASIONAL.ID — Paus Fransiskus menyambut Natal dengan mengatakan bahwa Tuhan mencintai semua orang, “bahkan yang terburuk dari kita sekalipun”.

Seperti dikutip dari laman BBC, Paus berbicara kepada ribuan orang dalam Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan.

“Anda mungkin punya pikiran yang salah, Anda mungkin telah mengacaukan segalanya… tetapi Tuhan terus mencintai Anda,” kata sang Paus.

Ini bisa ditafsirkan beberapa orang sebagai rujukan pada berbagai skandal Gereja, termasuk pelecehan seksual, menurut koresponden BBC.

Paus Fransiskus akan kembali ke Basilika Santo Petrus pada Hari Natal untuk menyampaikan pidato Natal kepada dunia.

Pekan lalu, Paus membuat perubahan besar-besaran dengan menghapus aturan “asas kerahasiaan” (pontifical secrecy) yang telah meliputi masalah pelecehan anak-anak oleh pastor.

Gereja sebelumnya merahasiakan kasus-kasus pelecehan seksual, dalam apa yang dikatakannya merupakan upaya untuk melindungi privasi para korban dan reputasi terdakwa.

Namun dokumen kepausan baru mencabut batasan tersebut bagi mereka yang melaporkan pelecehan atau mengaku pernah menjadi korban.

Paus juga mengubah definisi Vatikan tentang pornografi anak, meningkatkan usia subyek dari 14 tahun atau di bawahnya menjadi 18 tahun atau di bawahnya.

Gereja telah diguncang oleh ribuan laporan tentang pelecehan seksual oleh para pastor serta tuduhan bahwa skandal tersebut ditutup-tutupi oleh klerus senior di seluruh dunia.

Paus Fransiskus menghadapi tekanan serius untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan solusi yang bisa diterapkan bagi krisis ini, yang telah menyelimuti Gereja dalam beberapa tahun terakhir.

Di antara mereka yang hadir dalam Misa adalah anak-anak yang dipilih dari berbagai negara termasuk Venezuela, Irak dan Uganda.

Wartawan BBC Roma Mark Lowen mengatakan ini adalah sikap yang jelas dari sang pemimpin 1,3 miliar umat Katolik, yang sering berfokus pada nasib para migran dan korban perang serta pada perluasan jangkauan Gereja kepada kelompok yang terpinggirkan. (Ryman)