Pilpres 2019: Yang Berkonflik Itu Elite, Bukan Massa

oleh -
Obrolan Sahabat Cemara (OSC) di Menteng, Rabu (15/5/2019). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Amal Thomagola, Budayawan Eros Djarot, dan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto memiliki pandangan yang sama, bahwa elite politik harus sama-sama meredakan konflik menyusul selesainya pileg dan pilpres 2019.

“Yang berkonflik itu elite, bukan massa. Nggak ada itu konflik massa ” ujar Thamrin. Karena itu sesungguhnya elite harus mawas diri, legowo menyiapkan baik menang atau kalah dalam pemilihan presiden. Hal itu disampaikan dalam diskusi yang digelar Obrolan Sahabat Cemara (OSC) di Menteng, Rabu (15/5/2019).

Menurutnya, proses rekonsiliasi politik yang paling realistis baru muncul pasca pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2019. Untuk saat ini, semua pihak harus menerima kondisi tensi politik akan semakin tinggi. Terutama menjelang penetapan hasil pemilu oleh KPU pada 22 Mei 2019 mendatang.

“Saya kira tokoh-tokoh sebelah sana akan terus berusaha memprovokasi. Dalam situasi ini, tokoh tokoh yang sebelah sini sebaiknya diam saja, tidak usah meladeni,” ujarnya.

Thamrin meminta upaya rekonsiliasi difokuskan pada daerah-daerah yang selisih kemenangan antara paslon 01 dan paslon 02 tipis. Sebab daerah daerah inilah yang memiliki potensi konflik yang besar. Sebaliknya, daerah yang dimenangi salah satu paslon dengan  telak, justru risiko konfliknya kecil.

Sementara, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan provokasi menjelang pengumuman hasil Pilpres dan Pileg 2019 harus diantisipasi. Ia mengajak masyarakat untuk mempercayai institusi institusi yang telah dibuat bersama oleh pemerintah dan DPR, di mana salah satunya adalah KPU.

Budayawan Eros Djarot berpandangan terbelahnya masyarakat karena pilpres baru-baru ini karena gagalnya para budayawan, akademisi, dan ulama untuk membangun masyarakat yang berasaskan Pancasila. Kondisi ini tak bisa hanya diserahkan kepada para politisi.

Kini Pemilu telah usai, walau demikian pertarungan politik akan terus berlangsung. Faktor kekecewaan kekalahan Prabowo Subianto secara berturut – turut menurutnya bukan satu – satunya faktor. Tetapi ada penunggang – penunggang yang ada di belakangnya yang memanfaatkan Prabowo.

“Jangan Prabowo terlalu dipojokkan. Memang ada pertarungan ideologi dari siapa yang ada di belakangnya. Termasuk dari kelompok pro Khilafah yang menunggangi situasi ini,” ujarnya. (Ryman)