Pendidikan Wawasan Kebangsaan Harus Diajarkan Sejak Dini

oleh -
Pendidikan wawasan kebangsaan. (Foto: Ist)

Banyuwangi, JENDELA NASIONAL.ID–Pendidikan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak khususnya pelajar. Betapa tidak, saat ini nasionalisme pada sebagian masyarakat mulai semakin menipis.

Berdasarkan hasil survei sekitar 37 persen pelajar dan mahasiswa di Jawa Timur sudah terpapar paham radikalisme dan intoleranisme.

Demikian dikatakan Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah dalam acara Festival Anak Soleh Tahun 2022 dan Ngaji Bareng Gus Miftah di Lapangan Tennis Indoor – GOR Tawangalun Banyuwangi pada Senin (03/10/2022).

“Upaya harus masif karena gerakan radikalisme minoritas tetapi speak up sementara kita mayoritas tetapi silent maka kita juga perlu speak up. Salah satu caranya dengan menggelar Festival Anak Soleh seperti ini,” jelas Gus Miftah.

Dalam kesempatan itu, Gus Miftah sempat berinteraksi dengan sala seorang pelajar. Dia menanyakan tiga nama artis korea. Pertanyaan ini langsung bisa dijawab dengan lancar. Sementara saat pelajar yang sama ditanya tiga nama pahlawan nasional, hanya bisa menyebut satu orang saja.

Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menuturkan efek penjajahan 350 tahun oleh Belanda dan negara lain, sampai saat ini rakyat Indonesia menjadi pribadi yang insecure. Dimana  ada perasaan cemas, ragu, atau kurang percaya diri sehingga membuat seseorang merasa tidak aman.

Dia memberikan contoh apabila ketemu orang Eropa atau bule kebanyakan masyarakat Indonesia merasa minder dan berpikir mereka lebih pintar dalam ilmu pengetahuan maupun dalam bidang yang lain.

Kiai yang identik dengan blangkon itu menambahkan saat ini bangsa Indonesia kembali mengalami penjajah tetapi bukan secara agresi militer. Tetapi pihak luar menjajah melalui budaya, ekonomi dan ideologi.

“Kondisi ini diperparah dengan wawasan kebangsaan tidak diajarkan lagi kepada pelajar. Sehingga para guru dan tenaga pendidik perlu menyelipkan pemahaman agar para siswa mencintai Pancasila tumbuh menjadi pribadi yang toleran dan tidak terpapar radikalisme,” pungkas seorang mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta

Sementara Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, dalam acara Festival Anak Sholeh Tahun 2022 dan Ngaji Bareng Gus Miftah yang mengambil tema “Menguatkan Keberagaman dan Merawat Keberagaman Untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,” menyatakan dalam even tersebut para pelajar akan mengikuti beberapa perlombaan seperti; MTQ, Tilawati Alquran, Kaligrafi dan lomba Pidato.

“Kami ingin melalui kegiatan ini para pelajar mampu mengoptimalkan potensi dan bakat yang dimiliki. Semoga menjadi bagian meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan menginspirasi teman-teman mereka,” jelas Bupati Ipuk.

Bupati kelahiran Magelang itu menuturkan generasi muda diperbolehkan mengikuti perkembangan jaman, tetapi disisi lain mereka diharapkan tidak tumbuh menjadi pribadi yang intoleran dan jauh dari radikalisme.

“Kami meminta kepada Kepala Dinas Pendidikan dan para guru harus benar-benar diingatkan terkait paham intoleransi dan radikalisme agar tidak memberikan pemahaman kepada anak didiknya terkait dengan paham-paham tersebut,” imbuh Bupati berkacamata itu.

Lebih lanjut dia berharap Festival Anak Sholeh bisa berjalan dengan aman lancar dan sukses. Banyuwangi mampu melahirkan talenta-talenta baru yang bisa mampu bersaing dalam MTQ tingkat Jawa Timur maupun di level nasional bahkan di tingkat dunia. (mwd)