Gunung Agung Kembali Semburkan Asap Setinggi 2.000 Meter

oleh -
Visual Gung Agung pada pukul 18:38 WITA, seperti terpantau dari CCTV Batulompeh. (Foto: ist)

AMLAPURA-Aktivitas Gunung Agung nampak relatif tinggi, Selasa (5/12) malam.

Pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Agung kembali menyemburkan asap setinggi 2.000 meter di atas kawah.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana membenarkan fenomena tersebut Seperti yang di Kutip Tribun Bali.

Ia mengatakan, kepulan asap malam ini terpantau lebih tinggi dari sebelumnya.

Semburan asap tersebut didahului dengan glow atau sinar api yang terlihat jelas di kawah Gunung Agung, Rabu (5/12) malam.

Beberapa hari sebelumnya, glow atau sinar api berwarna merah tersebut terlihat tak seterang malam ini.

Fenomena ini mengindikasikan masih adanya energi termal, atau panas dari lava yang saat ini telah memenuhi sepertiga kawah Gunung Agung.

Panas dari lava di dalam kawah sekitar 900 sampai 1300 derajat celcius, jika baru berada dipermukaan.

Sementara akan mendingin menjadi sekitar 700 derajat celcius setelah berinteraksi dengan udara di sekiarnya.

“Glow atau cahaya sinar api ini mengindikasikan jika adanya lava yang panas di permukaan kawah. Lava ini terus bertambah ke permukaan kawah, walau pertumbuhannya untuk memenuhi kawah itu melambat dalam dua hari terakhir,” jelas Devy.

Gempa vulkanik dan low frekuensi juga masih terekam, yang menandakan masih ada influsi lava ke permukaam kawah Gunung Agung.

Hasil pengukuran terakhir, kandungan gas SO2 di sekitar kawah Gunung Agung masih 1300 ton sehari.

Hasil satelit terakhir juga masih menunjukan jika masih ada pengisian lava menuju permukaan, namun dengan laju yang melambat.

Devy juga mengamati adanya perbedaan fase erupsi gunung Agung saat ini, jika dibandingkan dengan tahun 1963.

Pada tahun 1963, aktivitas lava cenderung cepat memenuhi kawah, dan keluar guguran lava serta awan panas sehari setelah letusan pertama.

Berbeda dengan sekarang, yang pemenuhan lava dalam kawah cenderung fluktuatif dan mulai melambat.

“Mungkin karena dulu kawahnya masih dangkal dan kecil. Saat ini kondisi fisik kawah kan sudah berbeda, pasca erupsi tahun 1963. Pada intinya sejarah letusan sebelumnya, tetap kita gunakan dasar untuk mempelajari fase letusan saat ini. Secara umum fasenya memang mirib, cuma rentang waktu lava dalam memenuhi kawah ini yang ada perbedaan,” jelasnya.

Sekitar pukul Pukul 14:41-14:59 Wita dan Pukul 16:26-16:50 Wita, alat seismograf PVMBG kembali merekam tremor overscale.

Tremor overscale tersebut merupakan kali ke-5 dan ke-6 setelah Gunung Agung mengalami krisis. (Remigius Dahal)