Jauhi Prasangka Buruk, Arcandra Ingatkan “Sensor” Qolbu

oleh -
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengisi kegiatan di hari ke-5 Ramadan 1440 H dengan memberi ceramah khutbah shalat Jumat di kantor SKK Migas, Jakarta (10/5). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengisi kegiatan di hari ke-5 Ramadan 1440 H dengan memberi ceramah khutbah shalat Jumat di kantor SKK Migas, Jakarta (10/5). Kegiatan safari Ramadan dengan memberikan ceramah dan tausyiah di beberapa masjid merupakan salah satu kegiatan yang rutin dilakukan Arcandra sejak Ramadan tahun lalu.

Dalam kesempatan ceramah khutbah di SKK Migas kali ini, Arcandra menyampaikan dan mengajak untuk selalu berbuat baik dan mencegah hal-hal buruk (amar ma’ruf nahi munkar). Serta untuk selalu mengedepankan prasangka baik terhadap orang lain dan dalam melihat suatu permasalahan yang dihadapi. “Sebisa mungkin kita jauhi berprasangka (buruk), karena sebagian besar prasangka itu adalah dosa,” tutur Acandra.

Lebih lanjut, menurut Arcandra bahwasanya terdapat indikator untuk menentukan apakah yang kita lakukan itu adalah amar ma’ruf nahi munkar. Indikator tersebut bukan berdasarkan penilaian dari orang lain dan bukan pula berdasarkan yang disuruh oleh orang lain. Indikator itu menurut Arcandra adalah dalam bentuk sensor yang Allah tanamkan dalam tubuh manusia.

Adapun kecanggihan sensor ini belum bisa ditandingi oleh teknologi apapun yang telah diciptakan oleh manusia, meskipun kini pada era revolusi industri 4.0 kita telah mengenal adanya teknologi robotik dan kecerdasan buatan (artificial intelligence).

“Ada sebuah sensor yang Allah tanamkan pada diri kita, yang sampai detik ini belum mampu teknologi pada revolusi industri 4.0 untuk menandinginya. Kita tahu revolusi industri 4.0 itu tentang internet of thing (IoT), robotik dan artificial intelligence, tapi belum ada yang mampu menandingi (membuat) sensor itu,” tutur Arcandra.

Mengutip salah satu hadits Rasulullah SAW, Arcandra menjelaskan bahwa sensor tersebut adalah segumpal daging (mudhghah) dalam tubuh manusia. Di mana jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh perilaku pada tubuh itu. Begitupun sebaliknya jika dia buruk, maka buruklah seluruh perilaku tubuh itu.

“Bahwa ia (segumpal daging) adalah qolbu, banyak orang mengartikannya hati, qolbu ini bukan hati, tapi jantung. Ketika jantung itu baik, jantung yang bersinar, maka baiklah jasad itu,” terang Arcandra.

“Sewaktu kita mengerjakan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah, maka qolbu (jantung) itu akan bergetar tanpa disuruh, sensor itu akan mengingatkan. Tidak ada sensor (buatan) selama ini yang mampu menandinginya,” jelasnya seperti dikutip esdm.go.id.

Namun demikian, lanjut Arcandra, sensitivitas dari sensor ini tergantung dari perilaku dan perbuatan kita selama ini. Semakin baik dan sensitif sensor ini, maka akan semakin mudah ia mengingatkan dan membimbing kita dalam kebaikan. Begitupun, setiap perbuatan jelek yang kita lakukan, maka sensor ini akan pudar.

“Setiap titik kejelekan yang kita bikin, makin lama qolbu itu akan makin pudar sinarnya. Maka Ramadan ini adalah bulan dalam rangka menghapuskan (noda) atau membikin cahaya-cahaya baru bagi qolbu kita, agar amar ma’ruf yang kita kerjakan bisa dideteksi dengan qolbu yang kita punya,” tutup Arcandra.

Kegiatan memberikan ceramah keagamaan sudah tidak asing bagi Arcandra. Selama 20 tahun tinggal di AS untuk kuliah master dan doktor jurusan ocean engineering di Texas A&M University dan membangun karirnya di bidang perminyakan, ia aktif di organisasi keagamaan Islamic Family Academy (IFA). Organisasi tersebut merupakan lembaga pendidikan keislaman bagi keluarga muslim di Houston, Texas, kota tempat tinggal Arcandra selama menetap di AS. (Ryman)