Kepala BNPT: Bersama Komponen Masyarakat, Ulama Menjadi Garda Bangsa

oleh -
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr. Boy Rafly Amar, MH dalam kegiatan Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan bersama para Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama bertempat di PT Alba Putera, kawasan Industri Krakatau Steel, di Kota Cilegon, Rabu (30/3/2022) malam. (Foto: Ist)

Cilegon, JENDELANASIONAL.ID — Tokoh agama atau ulama memiliki peran besar di tengah masyarakat. Peran tersebut tidak hanya dalam bidang keagamaan, namun juga punya peran besar dalam bidang sosial hingga keamanan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ulama adalah salah satu aset terbesar bangsa, salah satunya dalam upaya membendung paham radikal terorisme.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr. Boy Rafly Amar, MH dalam kegiatan Silaturahmi  dan Dialog Kebangsaan bersama para Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama bertempat di PT Alba Putera, kawasan Industri Krakatau Steel, di Kota Cilegon, Rabu (30/3/2022) malam.

Dalam acara yang juga dihadiri Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Habib Muhammad Lutfi Bin Yahya dan Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), Prof Dr. Said Aqil Siradj, MA,  tersebut Kepala BNPT  menjelaskan, semenjak sebelum merdeka hingga merdeka, bangsa Indonesia telah dikawal oleh ulama-ulama, dimana ulama dan umaro bersatu sehingga terbentuknya negara Indonesia.

“Indonesia ini dikawal oleh ulama-ulama besar, sejak sebelum merdeka, saat merdeka hingga sampai hari ini, ulama menjadi penjaga garda bangsa, bersama seluruh elemen dan komponen masyarakat,” ungkap kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.

Lebih lanjut Boy menjelaskan, peran ulama pun sangat besar dalam menyatukan perbedaan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegera, baik perbedaan suku, bahasa hingga ras yang ada, dimana ulama mengenalkan prinsip ummul wathon minal iman, sehingga timbul semangat persatuan dan nasionalisme dalam kehidupan masyarakat.

“Alhamdulillah kita melihat hari ini, dari Sabang sampai Merauke kita bersatu, lain suku, lain bahasa, hingga perbedaan ras, kita tetap bersatu. Karena inilah yang diajarkan oleh ulama, ulama yang memperkenalkan prinsip hubbul wathon minal iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman). Karena kalau tidak, kita bisa terpecah belah dan lebih mementingkan kepentingan kita masing-masing,” ungkap mantan Kapolda Papua ini.

Lebih lanjut alumni Akpol tahun 1988 ini menjelaskan, kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia pun terjaga karena adanya peran para ulama. Dimana para ulama terus mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan menjadi teladan dalam kemajemukan, walaupun menjadi mayoritas.

“Kita memiliki warga negara yang agamanya berbeda dengan kita, ada agama Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan aliran kepercayaan lainnya, yang mana dalam konstitusi negara, kita memiliki hak yang sama. Walaupun Islam di Indonesia ini adalah mayoritas, tetapi sebagaimana yang disampaikan ulama, umat Islam harus bisa menjadi teladan dalam bertoleransi,” ungkap mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

Lebih lanjut Boy menjelaskan, apa yang sudah diwariskan oleh para ulama terdahulu sejatinya harus menjadi modal bagi masyarakat bangsa ini dalam kehidupan berbangsa bernegara, dimana ulama terus mengedepankan persatuan.

“Karena dengan modal inilah kita terus menjaga semangat kesatuan dan persatuan Indonesia, dan bahu-membahu membangun negeri dan terus waspada terhadap penyebaran paham radikal  terorisme yang menggunakan narasi-narasi agama, yang dibelakangnya malah mengajarkan narasi kekerasan dan perpecahan,” kata mantan Kapolda Banten ini.

Oleh karena itu Kepala BNPT meminta kepada para umat Islam untuk tidak mudah terkecoh, hingga mau bergabung dengan kelompok jaringan radikal intoleran.  Apalagi bangsa ini sudah punya jati diri, dan sudah punya karakter sendiri bahwa bangsa ini cinta terhadap perdamaian.

“Mari kita kedepankan semangat persatuan,  kita cinta dengan nilai kemanusiaan dan kita cinta dengan sesama umat. Walaupun kita berbeda-beda, itulah semangat yang diwariskan oleh para leluhur kita, para wali, yang kita harapkan bisa kita jaga dan kita pelihara,” kata Kepala BNPT.

 

Jaga Keutuhan NKRI

Sementara itu Watimpres Habib Luthfi bin Yahya dalam pesan tausiyahnya mengatakan ajang Silaturahim dan Dialog Kebangsaan ini  didedikasikan untuk menyambut semarak bulan Suci Romadhon serta menjadi kesempatan untuk memanjatkan doa Kepada Allah S.W.T., agar senantiasa menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

“Allah telah menganugerakan keberkahan kehidupan masyarakat dan mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, maju dan beradab. Ini yang harus kita jaga bersama agar masyarakat kita ini tidak mudah terpecah belah karena diadu domba,” ujar Habib Luthfi.

Dikatakannya, Silaturahim dan dialog kebangsaan dengan  para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang diselenggarakan BNPT di Cilegon ini adalah bagian upaya untuk menjaga persatuan antara umat dalam mewujudkan kesiapsiagaan masyarakat dan mencegah tumbuh berkembangnya radikalisme.

“Silaturahmi seperti ini yang harus terus kita jaga dalam menjaga persatuan antar seluruh umat. Tidak hanya untuk umat Islam saja, tetapi terhadap seluruh umat beragama agar tetap bersatu dalam menjaga agar radikalisme yang bisa merusak persatuan itu tidak menyebar di masyarakat,” katanya.

Dalam acara yang dihadiri tidak kurang sebanyak 2.000 jamaah ini, Habib Lutfi juga meminta kepada semua pihak untuk bersama-sama menyelematkan generasi muda yang akan datang untuk selalu mengingat jasa-jasa para pejuang pendahulunya dalam membangun negeri ini.

“Generasi muda harus ikut andil dalam membangun bangsa ini. Ini agar mereka juga bisa tertanam rasa cinta terhadap Tanah Airnya dan bangga menjadi bangsa Indonesia. Jangan sampai anak-anak muda ini melupakan jasa para sesepuh atau para pendahulunya yang sudah bersusah payah merebut, mempertahankan dan membangun negeri ini,” katanya mengakhiri tausiyah.

Sementara itu Said Aqil mengatakan bahwa pertemuan ini dalam rangka memperkuat silaturahmi sebagai umat Islam. Dimana  satu sama lain semuanya bersaudara.

“Semua adalah saudara, kita bersyukur Banten masih aman dan solid, tentram aman namun kadang-kadang ada gejolak tapi secara umum Banten wilayah yang solid aman, tentram dan damai. Terutama Cilegon,” kata Said Aqil.

Mantan Ketua Umum PBNU ini meminta para alim ulama untuk selalu membimbing para generasi muda dalam menjaga bangsa ini dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme. Selain itu para alim ulama juga harus bisa bersikap nasionalis dalam melakukan dakwahnya.

“Kalau di Timur Tengah, tokohnya itu kalau tidak nasionalis, ya agamis, tidak ada tokoh yang nasionalis lalu juga berjuang secara agama. Beda dengan di Indonesia, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab, dan ulama-ulama lainnya, itu semua pejuang nasionalis, pejuang dakwah Islam, dan berjuang untuk tanah airnya. Jadi mari Tanah Air yang sudah kita miliki, kita cintai, kita rawat, jangan sampai ada sedikitpun,siapun, punya niat untuk memecah belah persatuan kita,” kata Said Aqil.

Di acara tersebut juga sebagai ajang peluncuran  Film Para Bocil hasil karya NU Channel. Dimana Para Bocil ini adalah film yang menyuguhkan “Tontonan Sekaligus Tuntunan” yang diharapkan dapat mengedukasi masyarakat, khususnya bagi para orang tua, anak-anak dan generasi muda, dalam menghadapi perubahan zaman dengan berbagai tantangannya, demikian halnya diharapkan dapat menyemai spirit nasionalisme, meneguhkan jati diri bangsa dan mampu menjadi benteng moral untuk melawan segala bentuk radikalisme, intoleransi, ekstrimisme dan terorisme.

Sebagai bentuk komitmen dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta menolak paham radikal terorisme, pada acara ini masyarakat Cilegon juga berikrar menjaga NKRI dari paham radikal terorisme dengan selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila lewat Wadah Majelis Silaturahmi Pancasila. Ikrar tersebut dipimpin langsung oleh Pimpinan Majelis Taklim Alhabib Salim bin Ahmad bin Jindan, Habib Salim bin Jindan.

Selain itu diresmikan pula Gerakan Nasional Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi (Genpri) sebagai bentuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia, dengan pasukannya yang disebut sebagai Mujahid NKRI.

Pada sore harinya juga digelar Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan bersama jajaran Forkopimda Kota Cilegon  dalam rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme serta terkait fenomena perkembangan radikal terorisme yang ada di Cilegon. ***