Kepala BPIP: Dari Santri untuk NKRI, dari NKRI untuk Santri

oleh -
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H Yudian Wahyudi, M.A., Ph. (Foto: Vivanews.com)

Jakarta, INDONEWS.ID — Santri di Indonesia diakui sangat berperan besar dalam merebut dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kolonialisme.

Santri bahkan mendapatkan pengakuan secara Nasional dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 Tentang ditetapkannya Hari Santri Nasional pada tangga 22 Oktober oleh Presiden Joko Widodo.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Drs. K.H Yudian Wahyudi, M.A., Ph mengucapkan terimakasih kepada Presiden Joko Widodo karena sudah berani menetapkan Keppres tersebut.

“Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Presiden yang berani terbitkan Keppres dan menghargai kaum Santri,” ucapnya saat membuka webinar Hari Santri Nasional dengan tema “Nasionalisme Santri, Ketahanan Pancasila dan Indonesia yang Kuat”, Kamis (22/10/2020).

Lulusan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan dan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta itu juga berterimakasih kepada Presiden karena telah memberdayakan Sumber Daya Manusia dari kalangan santri seperti dirinya sebagai Kepala BPIP.

“Dari santri untuk NKRI dan sekarang NKRI untuk Santri,” terangnya seperti dikutip dari siaran pers.

Dalam kesempatan yang sama Anggota Dewan Pengarah BPIP Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A mengatakan Hari Santri Nasional merupakan hari yang sangat mulia karena mempunyai nilai sejarah melawan penjajah dengan atribut kelompok umat Islam.

“Santri menjadi mitologi yang menjadi atribut kelompok umat Islam yang melawan penjajah,” terangnya.

Ketua PBNU itu juga menegaskan bahwa santri merupakan cikal bakal umat yang mampu mempertahankan NKRI yang mengedepankan persaudaraan.

“Yang sangat penting sekali ukhuwah Wathoniyah, jika persaudaraan itu ada maka, lahirlah sebuah bangsa yang kokoh yang memiliki akhlak mulia, hormat kepada masyarakat kepada pemerintah, kepada guru,” ucapnya.

Dirinya juga mengakui persoalan perbedaan suku sudah tidak ada lagi, namun yang menjadi Pekerjaan Rumah adalah persoalan agama yang selalu dikaitkan dengan nasiomalisme.

“Indonesia bukan negara Islam bukan negara kafir, tetapi Darussalam negara yang damai, negara kebangsaan satu saudara satu ikatan, seperti sistem yang dipakai Nabi Muhammad yang membangun Madinah,” jelasnya.

 

Kuasai Iptek

Sementara itu Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo mendorong santri harus dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi di era digital ini.

“Kedepan di harapan pemerintah memberi kontribusi peningkatan kualitas para santri untuk masuk dalam era digital,” ujar Benny yang juga seorang rohaniwan Katolik itu.

Peringatan Hari Santri sebagai wujud dari nilai-nilai perjuangan bangsa dan berperan dalam merebut kemerdekaan.

Peringatan Hari santri menjadi momentum bagi Bangsa dan Negara untuk kontribusi bagi para santri agar mampu bersaing dalam era global.

“Nilai-nilai dalam perwujudan cinta tanah air dan persaudaraan kebangsaan ini sangat penting dalam pendidikan pondok pesantren,” tegasnya.

Santri juga diharapan memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa ini dalam menjaga kemajemukan bangsa dan membangun nilai kemandirian dalam wirausaha. (Ryman)