Laporan Tim Tanggap Darurat Gempa Bumi Lebak

oleh -
Gempa bumi mengguncang Banten, Jakarta dan Jawa Barat pada Selasa (23/1/2018) pukul 13:34:50 WIB. (Foto: esdm)

JAKARTA – Gempa bumi terjadi pada Selasa (23/1/2018) pukul 13:34:50 WIB. Pusat gempa bumi berada pada 7.23?LS dan 105.9?BT, 81 km sebelah Barat Daya Kabupaten Lebak, Banten, dengan magnitudo 6.1 SR pada kedalaman 61 km (updated BMKG).

Informasi dari media menunjukkan bahwa ada kerusakan di daerah Lebak dan sekitarnya. Maka sesuai dengan SOP, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengirimkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi.

Tim Tanggap Darurat Gempa bumi Lebak seperti dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi ESDM mengatakan, tim yang dipimpin oleh Athanasius Cipta dan beranggotakan Cecep Sulaeman, Gangsar Turjono dan Deden Junaedi sudah berada di lokasi pada siang hari, 24 Januari 2018.

“Junaedi sudah berada di lokasi pada siang hari tanggal 24 Januari 2018. Tujuan Tim Tanggap Darurat adalah untuk melakukan pemetaan dampak kejadian gempabumi, identifikasi karakteristik tanah setempat melalui pengukuran microtremor, memberikan rekomendasi teknis berkaitan dengan kerusakan geologi dan sosialisasi secara langsung dan koordinasi dengan Pemda Lebak dan instansi terkait lainnya,” ujar siaran pers.

Pada hari pertama Tim melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Lebak, Banten dan bertemu dengan Kepala Pelaksana Bapak Kaprawi. Tim berdiskusi mengenai gempa bumi dan tsunami dengan staf BPBD Lebak dan mendapatkan informasi kerusakan bangunan per desa di Kabupaten Lebak akibat dampak gempa bumi ini.

Tim Tanggap Darurat menyerahkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa bumi Jawa Bagian Barat, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami Banten, Leaflet gempa bumi dan tsunami serta buku mengenai Magma Indonesia yang berisi informasi kebencanaan dari Badan Geologi. Tim bertemu dan melakukan koordinasi dengan tim dari Puslitbang Pemukiman Kemen PUPR.

 

Hasil Sementara Peninjauan Lapangan

Peninjauan lapangan menunjukkan bahwa di Kota Rangkas Bitung tidak ada kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi walaupun masyarakat merasakan goncangan yang cukup kuat. Sebagian anggota masyarakat sempat panik.

Data yang diperoleh dari BPBD Kabupaten Lebak menunjukkan adanya 1124 rumah penduduk di 74 desa di Kabupaten Lebak mengalami kerusakan (rusak berat: 138, rusak sedang: 171, dan rusak ringan: 809). Selain itu 2 gedung, 15 sekolah dan 6 gedung sarana ibadah juga mengalami kerusakan. Satu orang dilaporkan luka (Desa Bayah Barat, Kec. Bayah) dan satu orang meninggal akibat shock (Puskesmas Desa Damasari, Kec. Bayah).

Tim Tanggap Darurat melakukan pengukuran mikrotremor untuk mengetahui kerentanan tanah akibat guncangan gempa bumi. Pengukuran dan pengolahan data mikrotremor menunjukkan adanya 2 frekuensi resonansi pada 0.17 Hz dan 1.19 Hz dengan amplitudo masing-masing 4.22 dan 2.95. Frekuensi resonansi pada 0.17 Hz menunjukkan bidang batas sedimen-batuan dasar pada kedalaman mencapai ratusan meter sedangkan frekuensi resonansi pada 1.19 Hz menunjukkan bidang batas pada kedalaman dangkal (beberapa puluh meter sampai kurang dari 100 m) antara sedimen lunak di permukaan dengan lapisan sedimen lebih tua. Amplituda (2.95) pada frekuensi resonansi 1.19 Hz menunjukkan besarnya amplifikasi gelombang seismik yang mungkin timbul karena pengaruh geologi bawah permukaan di titik pengukuran.

 

Rekomendasi:

  1. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
  2. Masyarakat diminta tetap waspada dengan kejadian gempa susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil.