Media Sosial Hanya Mengamplifikasi Politik

oleh -
Margareta Astaman. (Foto: Ist)

JAKARTA – Media sosial tidak berfungsi mengubah politik dan perilaku politik tetapi hanya mengamplifikasi politik yang ada. Konflik sosial, atau politik yang ada akan tetap ada. Jejaring sosial berfungsi untuk membesarkannya.

Hal itu dikatakan Margaretha Astaman dalam kursus politik bertajuk “Peran Media Sosial dalam Politik Zaman Now”, yang digelar oleh Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) bekerja sama dengan Jendela Nasional, di Gedung ISKA Center, Komleks Ruko Roxy Mas Blok E1/31, Jalan Tanjung Selor, Jakarta Pusat. Kursus politik ini digelar oleh KISPOL ISKA atau Kursus Intensif Spiritualitas Perutusan Sosial Politik.

Margaretha mengatakan, media sosial tetap akan memengaruhi peta perpolitikan nasional, karena sekitar 23 persen mengakses media sosial. Artinya, 23 persen terkoneksi dengan media sosial. “Sebesar 56 persen ada perkotaan besar,” ujarnya.

Kata Margaretha, sebagian besar pengguna media sosial ada di perkotaan. Kelompok inilah yang paling besar terpengaruh ujaran kebencian atau hoax yang disebarkan media sosial. Walau demikian, katanya, masyarakat pendesaan paling rentan mendapat pengaruh media sosial, karena pendidikan mereka rendah. “Karena itu, kalau mau bermain di media sosial, maka sasarannya adalah pengguna masyarakat perdesaan karena kelompok tersebut paling rentan terhadap ujaran kebencian,” ujarnya.

Diskusi ISKA (Foto: Its)