Paus Fransiskus: Merawat Orang Sakit Bukan Kegiatan Opsional Tapi Integral dalam Misi Gereja

oleh -
Paus Fransiskus di Vatikan. (Foto: Vaticannews)

Vatikan, JENDELANASIONAL.ID — Paus Fransiskus merenungkan pelayanan penyembuhan Yesus selama Angelus pada Minggu, yang pertama diadakan di Lapangan Santo Petrus karena langkah-langkah anti-Covid-19 perlahan-lahan dikurangi.

Penyembuhan ibu mertua Santo Petrus adalah karakteristik dari mukjizat penyembuhan Yesus, kata Paus Fransiskus dalam pidato Angelus mingguannya. Dalam Injil Santo Markus, kita membaca bahwa Yesus mendekatinya, meraih tangannya, dan mengangkatnya dari tempat tidur di mana dia menderita demam.

Episode tersebut juga menunjukkan hasil penyembuhan: orang yang disembuhkan segera melanjutkan kehidupan normalnya, langsung memikirkan orang lain, dan bukan diri mereka sendiri. Ini, kata Paus, “penting, itu adalah tanda ‘kesehatan’ yang sejati.”

 

Kasih Khusus Yesus bagi Mereka yang Menderita

Pada malam yang sama, setelah istirahat Sabat, penduduk desa datang kepada Yesus, membawa bersama mereka yang sakit dan yang kerasukan. “Sejak awal” Injil, “Yesus menunjukkan kecenderungan-Nya bagi mereka yang menderita secara jasmani dan rohani,” kata Paus Fransiskus, menjelaskan, “Itu adalah kecenderungan Bapa, yang Yesus inkarnasi dan wujudkan dalam pekerjaan-Nya dan kata.”

Paus mencatat bahwa para murid adalah “saksi mata” dari mukjizat Tuhan. Yesus, bagaimanapun, tidak mengharapkan mereka untuk menjadi “penonton” belaka, melainkan mengundang mereka untuk ambil bagian dalam misi-Nya. “Dia memberi mereka kekuatan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan.”

 

Bagian Integral dari Misi Gereja

Ini menunjukkan bahwa merawat yang sakit bukanlah “kegiatan opsional” bagi Gereja, tetapi merupakan bagian integral dari misinya. Seperti Yesus, Gereja dipanggil “untuk membawa kelembutan Allah kepada umat manusia yang menderita”.

Paus Fransiskus menunjuk pada “Hari Orang Sakit Sedunia” yang akan datang, pada 11 Februari, yang dilembagakan oleh Santo Yohanes Paulus II, “yang juga memberikan kepada Gereja Surat Apostolik Salvifici doloris, tentang makna Kristiani tentang penderitaan manusia.”

Komitmen Gereja untuk merawat orang sakit sangat relevan saat ini, kata Paus, ketika dunia mengalami pengalaman pandemi. Sekali lagi, ia melanjutkan, “perkataan Ayub,” dari liturgi hari ini, berbicara tentang “kondisi manusiawi kita, begitu tinggi martabatnya dan pada saat yang sama begitu rapuh.” 

 

Menanggapi Penderitaan dengan Cinta

Yesus, kata Paus Fransiskus, tidak memberikan penjelasan yang menjawab pertanyaan tentang penderitaan. Sebaliknya, Dia menjawab “dengan kehadiran kasih yang membungkuk, memegang tangan orang yang menderita, dan mengangkat mereka, seperti yang Dia lakukan dengan ibu mertua Petrus.”

Paus Fransiskus melanjutkan, “Anak Allah tidak memanifestasikan Ketuhanan-Nya ‘dari atas ke bawah’ atau dari kejauhan; tetapi dalam kedekatan, dalam kelembutan, dalam kasih sayang.”

 

Berakar pada Hubungan dengan Bapa

Akhirnya, Paus Fransiskus mencatat bahwa bacaan hari itu mengingatkan kita bahwa belas kasih Yesus untuk penderitaan berakar “dalam hubungan intim-Nya dengan Bapa”: Dalam Injil, Yesus bangun “sangat pagi sebelum fajar,” dan pergi ke tempat terpencil untuk berdoa.

Dari doa, kata Paus, Yesus “mendapatkan kekuatan untuk menyelesaikan pelayanan, berkhotbah dan penyembuhan-Nya.” (Vaticannews/Ryman)