Romo Benny: Semakin Beriman Semakin Pancasila

oleh -
Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya menyelenggarakan webinar dengan tema "Moderasi Beragama Untuk Indonesia yang Maju dan Damai", Selasa (16/03). (Foto: ist)

Malang, JENDELANASIONAL.ID — Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya menyelenggarakan webinar dengan tema “Moderasi Beragama Untuk Indonesia yang Maju dan Damai”, Selasa (16/03).

Acara yang dihadiri lebih dari 100 orang yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa itu dihadiri pembicara yaitu Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo.

Benny menjelaskan bahwa dalam moderasi beragama intinya adalah agama menjadi inspirasi batin.

“Dalam moderasi intinya agama menjadi inspirasi batin untuk internalisasi penghayatan nilai ketuhanan,” jelas Benny.

Dijelaskannya sesorang yang mencintai sesama manusia pasti menunjukan kecintaannya kepada Tuhan.

“Orang yang mencintai sesama berati dirinya mencintai Tuhannya. Kita satu dengan yang lain bersaudara,” tambahnya.

Indonesia adalah negara majemuk dari berbagai etnis, suku, dan agama dan semuanya hidup berdampingan.

“Negara Indonesia menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Sila ketuhanan ini harus menjiwai sila-sila selanjutnya,” tegas Benny.

Orang yang melakukan kekerasan atau ujaran kebencian maka dirinya tidak menanamkan nilai tersebut.

“Semakin orang beriman semakin orang itu Pancasilais,” ujarnya.

Masalah saat ini dijaleskan oleh pendiri Setara Institusi ini adalah bangsa ini menghadapi situasi dimana yang dulu damai sekarang orang bermusuhan dan bersikap tegang. Ini karena ada permasalahan manusia di era digital khususnya ujaran kebencian dan SARA.

“Nilai kemanusiaan ini kehilangan rasanya karena menjadi robot. Jika permasalahan tesebut terus terjadi maka persatuan akan hilang,” tegasnya.

Untuk menjaga Pancasila ini harus dibangun sejak dini. Satu sama lain harus mampu membangun relasi lintas imam dengan menerima perbedaan. Kita harus membangun narasi indahnya persamaan dan persaudaraan dalam membangun mimpi masa depan.

Turut hadir Dosen Agama Islam Universitas Brawijaya Khalid Rahman. Dalam pemaparannya dia menjelaskan bahwa Indonesia adalah contoh luar biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi tercederai oleh pemahaman agama yang kurang tepat.

“Di era sekarang ini kita harus membuat wacana penyeimbang dan penyelesaian masalah tersebut,” pungkasnya. (Ryman)