Satu Kesatuan, Pancasila dan Agama Tidak Bisa Dibenturkan

oleh -
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny mengadiri “focus group discussion” dalam rangka kegiatan  penelitian “Pengembangan Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Implementasi Nilai-Nilai Pancasila” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. (Rabu,10/6/2020)

Dalam pembahasannya mengenai Keberagaman, Agama dan Pancasila, Benny menjelaskan pentingnya memerangi ujaran kebencian di media sosial yang membenturkan Pancasila dan Agama.

“Pancasila  tidak bisa dibenturkan dengan agama karena dua hal tersebut merupakan satu kesatuan  yang tidak bisa dipisahkan/dibenturkan,”ujar Benny.

Selain itu, Benny menekankan agar semua pihak terkait dan masyarakat harus mengambil alih ruang publik khususnya di media sosial dengan menampilkan kedamaian dalam keragaman agar ujaran kebencian yang merusak persatuan bisa dikalahkan.

“Contoh-contoh kerukuanan harus ditampilkan. Seperti yang dikatakan oleh Soekarno bahwa ketuhanan yang berkebudayaan. Pihak terkait dan masyarakat harus mampu merebut dan mengisi ruang publik dengan contoh kerukunan dan kedamaian,” tegas Benny.

Terkait maraknya agama digunakan untuk kepentingan politik khususnya dalam Pilkada dan sebagainya, Benny mengatakan, harus ada kesepakatan antara Bawaslu, KPU, BPIP dan pihak terkait lainnya untuk membuat adanya etika kepatuhan agar hal tersebut tidak terulang kembali.

“Harus adanya kesepakatan antara Bawaslu, KPU, BPIP dan pihak terkait lainnya untuk membuat adanya etika kepatuhan agar agama tidak dijadikan alat kepentingan politik. Etika itu seperti tidak adanya unsur sara. Tidak boleh mempertentangkan ideologi,” jelasnya.

Sila persatuan untuk mencegah politisasi agama. Penanaman nilai Pancasila di era digitalisasi harus disesuaikan dengan untuk generasi milenial penanaman Pancasila ini bisa dikolaborasikan dengan olahraga, wisata, kesenian, hingga industri kreatif. Ini yang harus disasar.

Industri hoax saat ini akibat kurangnya pemahaman dalam memfilter informasi sudah banyak memakan korban, sehingga kedepan dibutuhkan pendidikan kritis yang dimulai dari sekolah dasar.

“Harus ada pendidikan dalam penggunaan teknologi dan media sosial  ini harus ditanamkan sejak dini seperti di sekolah dasar. Tujuannya bisa memilih informasi benar dan salah. Juga untuk media massa harus memperhatikan etika dalam bermedia agar tidak menimbulkan perpecahan dan memberikan infomasi yang tidak berdasarkan fakta,” tutup Benny. (Ryman)